Rabu, 22 Desember 2010

Lima Tahap Perkembangan Konflik

STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK >Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan. Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement >perlu segera diindentifikasi disagreementnya: • apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman • apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri • jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor

2. Confrontation >dua orang atau lebih saling bertentangan -> verbal attack. >diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok) dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).

3. Escalation >pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik -> timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deescalation >berkurang atau menurunnya konflik >anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat
Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi – distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power – integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution) b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya

5. Conflict Resolution >tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya



Sumber : Handout Psikologi Kelompok, (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Penyebab Konflik

1. Interdepence >tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑ Deutch (1949): >pure cooperation -> promotive interdependence : dengan menolong >pure competition -> contrient interdependence : anggota bisa meraih tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya
2. Influence stategies >strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman dan negatif reinforcement -> meningkatkan konflik
3. Misunderstanding dan misperception

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Penyebab Konflik

Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konsepsual Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu:

1. Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai.
2. Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai.
3. Ketidak tepatan status suatu masalah.
4. Perbedaan persepsi.

Di dalam organisasi terdapat empat bidang struktural, dan di bidang itulah konflik sering terjadi, yaitu:

* Konflik hirarkis, adalah konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
* Konflik fugsional, adalah konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
* Konflik lini-staf, adalah konflik antara lini dan staf.
* Konflik formal-informal, adalah konflik antara organisasi formal dengan organisasi informal

Nilai-nilai Konflik

1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)

Manfaat seseorang masuk ke dalam suatu kelompok

Mengutip tulisan dari Handout Psikologi Kelompok tulisan Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat beberapa keuntungan masuk kelompok yaitu ;
1. Social Interaction
Adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi didalam suatu kelompok.
2. Social Support
• Social Approval
• Belief Confirmation
Persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukan seorang individu mendapat persetujuan dari kelompoknya.
3. Group Member Characteristic
• Competence
• Physical Attractiveness
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Kelompok sosial dan klasifikasinya

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.

Terdapat 4 Jenis Kelompok Sosial antara lain :
Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi hubungan interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan

REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Jenis - Jenis Organisasi

Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang sangat jelas
Organisasi Sosial
a.Organisasi Normatif
Adalah pihak elit menjalankan organisasi/ mengawasi anggota lebih dominan menggunakan kekuasaan normatif (persuasif). Bentuk partisipasi anggota adalah dengan komitmen moral.
b. Organisasi Utilitarian
Adalah pihak elit mengawasi anggota dominan menggunakan kekuasaan utilitarian. Partisipasi anggota berdasarkan komitmen perhitungan yaitu pemikiran hubungan bisnis, sangat perhitungkan untung rugi.
c. Organisasi Koersi
Adalah pihak elit menggunakan kekuasaan koersi dalam mengawasi anggotanya. Koersi adalah segala jenis paksaan, ancaman, dan intimidasi yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

Overview Proses Dasar Dalam Kelompok

overview proses dasar dalam kelompok
A. Overview Proses Dasar Dalam Kelompok-Tahapan proses dasar yang terjadi dalam kelompok

Tahap Pertumbuhan Kelompok

Manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia melakukan berbagai upaya. Upaya tersebut selalu berpedoman kepada pengetahuan kebudayaan yang dimiliki dan digunakannya untuk mempersepsi suatu obyek yang dihadapinya dan setelah disertai dengan harapan-harapan tertentu terhadap obyek, kemudian ia bertindak sesuatu atau berperilaku tertentu terhadap obyek tersebut, baik berupa benda-benda maupun manusia lain. Hampir tidak ada upaya seorang individu yang tidak bersentuhan atau tidak memerlukan campur orang lain. Oleh karena itu manusia selalu memerlukan kehidupan berkelompok.

Sumber :
file.upi.edu/Direktori/A%20.../Modul-4-Dinamika%20Kelompok.pdf

Ketertarikan Interpersonal

ketertarikan interpersonal adalah kecenderungan untuk mengevaluasi individu lain dengan penilaian positif secara konsisten.

ada beberapa faktor:

1. DAYA TARIK FISIK, pada sebagian orang ini faktor yang tidak adiluntuk dijadikan kriteria bagi seseorang untuk disukai orang lain.Daya tarik fisik memang berpengaruh menurut penelitian.tetapi kekuatan daya tarik fisik akan melemah jika yang dicari adalah hubungan jangka panjang.
2. KEDEKATAN, dekat disini dekat secara fisik atau lingkungan.
Hal yang membuat kedekatan ini dapat menjadi ketertarikan karena:
1. Semakin dekat tempat, kemungkinan bertemu semakin sering,
2. Informasi tentang orang-orang yang berada di sekeliling anda dapat lebih mudah didapat,
3. Kemungkinan untuk berinteraksi lebih besar.
Jika anda salah satu yang percaya bahwa ada seseorang yang menunggu anda di luar sana, bisa saja orang itu ada di dekat anda.
3. MERASA DEKAT, Salah satu alasan mengapa kedekatan dapat menciptakan rasa suka karena meningkatkan perasaan familiar. Efek perasaan familiar menimbulkan ketertarikan adalah fenomena yang sangat umum.
4. KEMIRIPAN, bahwa orang yang berlawanan menimbulkan daya tarik. Salah satu alasan mengapa kemiripan dapat menghasilkan rasa suka karena orang lebih menghargai opini dan pilihan mereka sendiri dan senang bersama orang yang mengabsahkan pilihannya. Walaupun demikian, kepribadian yang berlawanan dapat juga menarik jika saling melengkapi (komplementer) terutama dalam hal dominasi (Markey, 2007), orang yang dominan akan lebih menyukai pasangan yang seringnya mengalah dan sebaliknya.
5. SOCIAL REWARD, Seseorang cenderung mengulangi tingkah lakunya jika mereka mendapatkan penghargaan atau keuntungan.

sumber: http://psipop.blogspot.com/2009/08/ketertarikan-interpersonal.html

Definisi Psikologi Massa

Massa (mass) atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan (collection) individu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak dan berlangsung lama.

a. Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskol\p dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).

b. Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1) Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.

2) Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.

3) Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu.

Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.

c. Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.


sumber:http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-psikologi-sosial.html

Individu dalam Massa

1. Penggalak : memuji, menyetujui, menerima, menunjukan kehangatan dan kesetiakawanan 2. Wasit : melerai pertikaian antar anggota
3. Kompromis : menawarkan kompromi
4. Pengamat : menyimpan catatan berbagai aspek proses massa
5. Pengikut : mengikuti kegiatan / aktivitas massa ; pasif
6. Penjaga gawang : mambuka saluran komunikasi dengan mendorong partisipasi yang lain 7. Agresor ; merendahkan status yang lain
8. Penghambat : bersikap negatif, selalu menolak dan membantah
9. Pencari muka : sering membual
10. Pengungkap diri : pengungkap perasaan
11. Dominator : menguasai orang lain
12. Help seeker : berusaha menarik simpati

sumber : psikologi massa – Drs. H. Dedi Herdiana

Massa Aktif

Massa aktif yang disebut dengan mob, mob adalah kerumunan yang cenderung merusak dan melakukan tindakan kekerasan. Mob terbentuk karena telah adanya tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, tawuran dsb Menurut Mc Laughlin, ada 3 kondisi yang melatarbelakangi, yaitu:
* adanya permasalahan yang cukup serius
* upaya penyelesaian masalah yang tertunda
* adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa masalah tersebut harus diselesaikan Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
* • perasaan tidak puas → bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang →jika sudah matang ‘massa’
* • tekanan jiwa masyarakat → memuncak dan meledak


sumber : klara_ia.staff.gunadarma.ac.id/

Dinamika Gerakan Massa

Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)
1. Gerakan Massa Progresif → merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo → mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner → orang yang bersikap untung-untungan → lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak
dirugikan

Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongan- dorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah dalam massa.

Proses Dinamika Gerakan Massa
1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju

Munculnya Gerakan Massa

Ada 3 tahap dalam setiap munculnya gerakan massa:
1. Periode inkubasi Ini merupakan kunci munculnya gerakan massa, menjelaskan tentang inkubasi faktor-faktor penyebab munculnya ketegangan structural. Diawali oleh munculnya perubahan structural masyarakat yang terjadi akibat perkembangan yang mengarah pada struktur yang bertingkat-tingkat dan struktur social yang berbeda-beda.
2. Periode Aksi Periode ini dianggap sebagai munculnya aksi yang diperlihatkan dalam gerakan spontanitas, yang cenderung anomie. Gerakan massa ketika sudah berubah ke tingkat aksi ini, maka perlu diupayakan adaptasinya atau penyelesaian.
3. Periode Adaptasi Periode ini merupakan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control), sebagai suatu proses pengadaptasian gerakan yang sudah muncul ke permukaan (adaptation or institutionalization period).
Menurut Smelser, ada dua cara dalam periode ini:
a) Dengan cara aksi represif, melalui pendudukan lokasi gerakan dengan tekanan-tekanan.
b) Dengan cara mengidentifikasi nature of movement itself, yaitu upaya memahami gerakan massa dari sifat dasarnya

Penyebab Gerakan Massa

Penyebab munculnya Gerakan Massa
Menurut Smelser, sebab-sebab yang menimbulkan gerakan massa ada 6, yaitu:
1. Kondusifitas struktural (structural condusivesness)
2. Ketegangan struktural (structural strain)
3. Tersebarnya kepercayaan/keyakinan yang umum (spread of the generalized belief)
4. Faktor-faktor yang mempercepat (precipitating factor)
5. Mobilisasi partisipan untuk bertindak/aksi (mobilization of participants for action)
6. Pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control)

Kesalahan psikologi tentang kerumunan (perilaku massa)

Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu:
(1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok,
(2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya,
(3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya,
(4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan
(5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.

Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif.

Massa Pasif

Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang – orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton pertunjukan seperti sepakbola, dll.

sumber : klara_ia.staff.gunadarma.ac.id/

Massa Konkrit

berikut :

a. adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya
b. adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri
c. mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu
d. bersifat dinamis dan emosional Antara masssa abstrak dan massa konkrit kadang-kadang mempunyai hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa yang konkrit dan sebaliknya masa konkrit dapat berubah menjadi massa abstrak.
Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar dalam waktu yang singkat

Massa Abstrak

Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Massa abstrak adalah kumpulan orang – orang yang sama sekali belum mempunyai ikatan satu kesatuan, norma, tujuan dan motif, tidak adanya struktur yang jelas.

Alasan – alasan munculnya massa abstrak tersebut adalah :
a. adanya suatu kejadian yang menarik
b. individu mendapat ancaman dan ia membutuhkan perlindungan
c. kebutuhan tidak dapat terpenuhi
d. adanya kesamaan minat, perhatian dan kepentingan yang sama

Kelompok Efektif dan Tidak Efektif

Mengfungsikan kelompok secara efektif
Ajarkanlah kepada mahasiswa, peraturan yang berlaku untuk kelompok.
Anggota kelompok diharapkan :

« Berbagi tugas dan peralatan.
« Bekerja sama satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa yang santun dan suara yang baik
« Bersedia mendengarkan pendapat anggota yang lain
« Menghormati anggota yang lain dengan cara bersikap sopan dan memberikan komentar positif terhadap hasil kerja.
« Membantu satu sama lain, terutama bila ada anggota yang mendapat kesulitan.
« Bekerja sama menyiapkan gagasan, presentasi atau proyek yang bagus.
« Membuat catatan pribadi selama berada dalam kelompok.

1. Tetapkan apakah anda menginginkan kelompok yang homogen atau heterogen, serta tentukan jumlah anggota dalam setiap kelompok,. Kelompok homogeny terdiri dari siswa yang mempunyai kebutuhan serta kemampuan yang kurang lebih sama, kelompok heterogen terdiri dari siswa dengan berbagai kebutuhan dan kemampuan berbeda.

2. Tentukan harapan-harapan anda. Terutama mengenai apa yang anda ingin lakukan oleh kelompok itu, dimana, dan kapan? Pahami pila tujuannya.

3. Rencanakan wilayah kerja serta bahan-bahan yang diperlukan sebelum siswa dikelompokkan.

4. Sebelum kelompok dibentuk, berilah pengarahan yang sejelas-jelasnya, baik secara lisan maupun tertulis, aturlah waktu untuk memilih peran kelompok dan bertukar pikiran, dan tetapkan prosedur evaluasi, baik untuk kelompok maupun untuk masing-masing anggota kelompok.

5. Apabila siswa secara individu ingin berperan dalam kelompoknya, (misalnya menjadi ketua kelompok, pembicara, illustrator, dll) jelaskan terlebih dahulu perannya dan cara pembentukannya sebelum kelompok terbentuk.

6. Begitu kelompok mulai bekerja, hendaknya anda berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain dan berikan semangat.

7. Agar cara-cara membentuk kelompok tetap segar, cobalah mencari cara-cara yang inovatif lainnya.

8. Tambahkan unsur-unsur kompetitf dalam pembentukan kelompok.


Sumber : http://foryourpsycho.blogspot.com/2010/10/teori-produktivitas-kelompok-dalam.html

Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri komunikasi massa
1. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
5. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
6. Ada pengaruh yang dikehendaki
7. Dalam konteks sosial terjadi saling mempengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
8. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.


sumber :wikipedia

Dyad

Komunikasi atau interaksi di antara dua orang (dyad membahas, self-disclosure itu merupakan salah satu karakteristik Kelompok-kelompok tersebut kita ikuti secara sukarela.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah : The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai 2 berikut: (1) belajar dimulai Teknik MURDER yang menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok beranggotakan 4 orang

sumber : http://mediaindonesia.co.cc/search/label/karakteristik+kelompok+dyad

Psikologi Kelompok

Psikologi Kelompok

1. Psikologi kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lain.
Misalnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Smith, 1945 (dalam Shaw,1979:4):
We may define a social group as a init consisting of a plural number of separate organisms (agents)who have a collective perception of their unity and who have the ability to act or are acting in a unitary manner loward their environment.
Dalam hal ini, Smith menggunakan istilah social group sebagai suatu unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka.


2. Pengertian yang didasarkan pada motivasi misalnya dikemukakan oleh Bass (dalam Shaw,1979:7), “We define group as a collection of individual whose existence as a collection is rewarding to the individuals.” Titik berat pengertian lebih pada adanya rewarding dari kelompok terhadap individu-individu yang ada dalam kelompok. Bass menggunakan istilh group bukan social group.

3. Pengertian kelompok atas dasar tujuan adalah dekat dengan definisi atas dasar motivasi. Misalnya, pengertian kelompok yang dikemukakan oleh Mills (dalam Shaw,1979:8) menyatakan, “Just what are these small groups we are referring to? To put it simply, they are units composed of two or more personts who come into contact for purpose and who consider the contact meaningful.” Dari apa yang disimpulkan oleh Mills, kesimpulannya adalah titik berat dalam pengertian psikologi kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok adalah meaningful.
Oleh karena itu, seperti telah dipaparkan sebelumnya tinjauan atas dasar tujuan tidak jauh berbeda dengan tinjauan atas dasar motivasi. Dalam hal ini, Mills menggunakan istilah the small group, bukan social group atau hanya group.

4. Pengertian kelompok yang dilihat dari segi interdependensi, yaitu saling bergantung satu dengan yang lain. Misalnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Fiedler (dalam Shaw, 1979:9), yaitu: By this terms (group) we generally mean a set of individuals who share a common fate, that is who are interdependent in the sense that an event which affects one member is likely to affect all. Apabila kita analisis pandangan atas dasar interdependensi tidaklah jauh berbeda dengan pandangan atas dasar ineraksi.

5. Contoh pandangan atas dasar interaksi dapat dikemukakan sebagai berikut: A group is a number of people in interaction with one another, and it is this interaction processthat distinguishes group from an aggregate (Bonner dalam Shaw, 1979:10).

6. Pengertian kelompok atas dasar struktur dapat mengambil contoh pendapat dari Sherif dan Sherif sebagai berikut: A group is a social unit which consist a number of individuala who stand in (more or less) definite status and roles relationships to one another and which possesses a set of values or norms of its own regulating the behavior of individual members, at last in matter of consequence to group (Sherif dan Sherif, 1956 dalam Johnson dan Johnson, 2000).

Sumber: Walgito,Bimo.2007.Psikologi Kelompok.Yogyakarta:ANDI.

Senin, 25 Oktober 2010

MEMAHAMI PSIKOLOGI MASSA DAN PENANGANANNYA II

KONDISI-KONDISI PEMBENTUK PERILAKU MASSA

Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:
1. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst
2. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada. . 3. Generalized beliefs : share interpretation of event

4. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan, ada

5. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst

6. Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.



SUMBER :
http://wikipedia.com/

MEMAHAMI PSIKOLOGI MASSA DAN PENANGANANNYA III

MACAM-MACAM BENTUK PERILAKU KOLEKTIF
A. CROWD (KERUMUNAN)

Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai 1. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan), 2. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat, 3. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran), 4. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas, dan 5. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.

Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat:

1. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat

2. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa

3. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah

4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu

5. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan

6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi

B. MOB :

Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.

C. PANIC

Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjur.

D. RUMORSAdalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain (isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon.

E. OPINI PUBLICAdalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah adanya perbedaan pendangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undang-undang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat.

F. PROPAGANDAAdalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini.


SUMBER :
http://wikipedia.com/

Tujuan kelompok / Tujuan

Gunakan Tabel untuk mengisi dalam tujuan Anda ingin mencapai pada pertemuan kelompok pertama Anda.
Cetak dokumen ini dan membawanya dengan Anda untuk pertemuan kelompok. Ini akan membantu memperjelas arah kelompok Anda adalah mengambil dan apa yang Anda berharap untuk mencapai secara perorangan maupun kelompok.
tujuan akademik Anda harus mencakup:
1. Pengetahuan yang Anda inginkan atau harapkan untuk mengambil dengan Anda.
2. Perspektif teoritis Anda akan mengambil.
3. Cara yang ini bagian dari kerja akan bermanfaat bagi Anda dan orang lain.
Tujuan ini grup Anda harus mencakup:
1. Cara Anda berniat untuk mengatur grup Anda.
2. Bagaimana Anda berniat untuk mendistribusikan karya seluruh kelompok.
3. Bagaimana Anda berniat untuk fungsi dan berkembang sebagai kelompok.
4. tujuan individual Anda harus mencakup:
5. Bagaimana Anda berniat untuk memberikan kontribusi kepada kelompok sebagai individu, dalam hal tugas dan peran.
6. Bagaimana Anda berniat untuk mengembangkan sebagai individu.


SUMBER :

Wikipedia

www1.aston.ac.uk/current-students/studentsupport/studyskills/groupwork/

JENIS-JENIS KELOMPOK

Jenis Kelompok Kecil

Grup formulir ini untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuannya mungkin untuk menyelesaikan beberapa jenis tugas atau mungkin untuk mempromosikan hubungan interpersonal antara anggota kelompok. Banyak kelompok, bagaimanapun, memenuhi kedua fungsi ini. Baca lebih lanjut tentang berbagai jenis kelompok dan kemudian menyelesaikan aktivitas interaktif dan kuis pada akhir unit ini.

SUMBER :

Wikipedia

www1.aston.ac.uk/current-students/studentsupport/studyskills/groupwork/

JENIS-JENIS KELOMPOK III

Kelompok Massa
Massa biasanya sekelompok orang yang telah mengambil hukum ke tangan mereka sendiri. Massa biasanya kelompok yang berkumpul sementara untuk alasan tertentu.
Ochlocracy ( Yunani : οχλοκρατία atau okhlokratía; Latin : ochlocratia) atau aturan massa adalah pemerintah oleh massa atau massa orang, atau intimidasi dari konstitusi berwenang. Sebagai merendahkan untuk mayoritarianisme , itu mirip dengan bahasa Latin yang berarti mobile vulgus frase "kerumunan berubah-ubah", dari mana istilah bahasa Inggris "massa" pada awalnya berasal pada 1680
"Massa" digunakan untuk mempengaruhi kebijakan
Salah satu karakteristik dari suatu masyarakat yang bebas dan terbuka adalah bahwa orang yang mempertahankan hak untuk damai berkumpul dan permohonan pemerintah mereka untuk ganti rugi.

Selama Revolusi Perancis , massa di Paris memainkan fungsi serupa, tetapi lebih hati-hati dimanipulasi oleh para pemimpin politik yang merasa bahwa mereka memiliki kekuatan untuk membuang monarki seluruhnya, seperti yang mereka lakukan, akhirnya mendirikan demokrasi perwakilan (yang pada gilirannya jatuh untuk Napoleon model 'semi- monarki konstitusional ).
Teori-teori modern pembangkangan sipil dan Satyagraha dapat dibedakan dari "aturan gerombolan" dan mekanika, seperti tindakan ini forgoes penggunaan kekerasan dan kekuatan yang massa dari zaman dahulu digunakan.

Teori Tradisional protes non-kekerasan berpendapat bahwa jika para demonstran yang terkendali dan tidak melakukan kekerasan apapun, namun menolak untuk mundur, maka mereka dibayangkan bisa menang, karena mereka baik akan bergabung dengan pasukan yang mereka hadapi, diizinkan untuk menentang hukum atau pemerintah secara terbuka dan damai, atau diserang secara fisik, kami dihempaskan, dan dibuat menjadi simbol moral yang kuat dari panjang yang agen-agen negara akan pergi untuk menegakkan hukum-hukumnya. Namun, pasukan polisi di seluruh dunia telah menjadi ahli dalam membuat pertemuan tersebut tidak relevan dengan membatasi mereka ke daerah, dalam beberapa kasus yang disebut " zona bebas bicara , "cukup terpisah dari objek ketidakpuasan mereka, sisa publik, dan media, untuk membuat mereka dengan mudah diabaikan. Persyaratan Perijinan di banyak yurisdiksi efektif membuat demonstrasi tanpa izin terlebih dahulu polisi ilegal. Berbagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan komunal demonstran dan mobilitas dengan menggunakan jaringan telepon seluler dan sepeda telah digunakan untuk menghindari pengendalian massa dan teknik meminggirkan dengan kecepatan. Flash massa dan Kritis Massa gaya "blok sepeda" tindakan adalah contoh bereksperimen dengan, dengan hasil yang beragam, terutama selama pada Konvensi Nasional Partai Republik 2004 .

Teori modern menyimpulkan bahwa sejak penjaga Romawi, menghadapi penyaliban untuk ketidaktaatan, bisa terpengaruh oleh massa, juga memungkinkan untuk bergoyang modern polisi , bahkan di negara polisi . The 1986 Revolusi EDSA di Filipina, Revolusi Velvet di bekas Cekoslowakia , dan perlawanan terhadap kudeta militer berusaha di Uni Soviet pada tahun 1991 yang menyebabkan keruntuhan negara itu, situasi di mana ada kemungkinan bahwa itu adalah massa " "yang memenangkan hari karena pembelotan oleh otoritas.




SUMBER :

Wikipedia

www1.aston.ac.uk/current-students/studentsupport/studyskills/groupwork/

JENIS-JENIS KELOMPOK II

Kelompok Dyad

Sebuah angka dua (dari dýo Yunani, "dua") dalam sosiologi adalah kata benda yang digunakan untuk menggambarkan kelompok dua orang. "Diad" adalah sebuah kata sifat digunakan untuk menggambarkan jenis komunikasi / interaksi. angka dua adalah kelompok terkecil sosial mungkin.

SUMBER :

Wikipedia

www1.aston.ac.uk/current-students/studentsupport/studyskills/groupwork/

MEMAHAMI PSIKOLOGI MASSA DAN PENANGANANNYA

PENGERTIAN

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior)

Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).

Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.

Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu: (1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok, (2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya, (3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya, (4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan (5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.

Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua (2) bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif.



SUMBER :
http://wikipedia.com/

Tipe-tipe Organisasi berdasarkan sasaran pokok mereka

Organisasi yang didirikan tentu memiliki sasaran yang ingin dicapai secara maksimal. Oleh karenanya suatu organisasi menentukan sasaran pokok mereka berdasarka kriteria-kriteria organisasi tertentu. Adapun sasaran yang ingin dicapai umumnya menurut J Winardi adalah:
1. Organisasi berorientasi pada pelayanan (service organizations), yaitu organisasi yang berupaya memberikan pelayanan yang profesional kepada anggotanya maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari penerima servis.
2. Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic organizations), yaitu organisasi yang menyediakan barang dan jasa sebagai imbalan dalam pembayaran dalam bentuk tertentu.
3. Organisasi yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations)
4. Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations)
5. Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations)
6. Organisasi-organisasi sosial (social organizations)



SUMBER :
http://wikipedia.com/

Tipe-tipe Organisasi informal

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.



SUMBER :
http://wikipedia.com/

Tipe-tipe Organisasi Formal

Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal ádalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitas-universitas (J Winardi, 2003:9).



SUMBER :
http://wikipedia.com/

Organisasi sosial

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

SUMBER :

http://wikipedia.com/

Alasan berorganisasi

Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan. Seorang pakar bernama Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk berorganisasi: a. Alasan Sosial (social reason), sebagai “zoon politicon ” artinya mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi. b. Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya 2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun.

SUMBER :
http://wikipedia.com/

Ciri-ciri organisasi sosial

Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.

Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.

Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.



SUMBER :

http://wikipedia.com/

Tipe-tipe organisasi

organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.

SUMBER :

http://wikipedia.com/

Hakekat Lembaga Sosial

Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial.

SUMBER :

http://wikipedia.com/

Proses terbentuknya Lembaga Sosial

Para ilmuan sosial hingga saat ini masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubugnan dengan ”seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk menyebutkan seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya itu, terdapat dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan ”lembaga kemasyarakatan”. Mana yang benar? Tentu semunya tidak ada yang salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan penekanannya. Mereka yang menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para antropolog, dengan menekankan sistem nilai-nya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada tulisan ini, akan digunakan istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk pada kurikulum sosiologi yang berlaku saat ini.

Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan , kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial.

Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila norma tersebut :
1. Diketahui
2. Dipahami dan dimengerti
3. Ditaati
4. Dihargai

Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga yangg tidak mempunyai anggota tetap mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan, tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak. Istilah lembaga sosial oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan istilah asing social institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial untuk menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Sebagaimana Koentjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman) yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun, pembahasan ini tidak mem- persoalkan makna dan arti istilah-istilah tersebut. Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dalam lembaga tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses- proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya. Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. Summer meng- artikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, dan sikap perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya, keberadaan lembaga sosial mempunyai fungsi bagi kehidupan sosial. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: a. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok. b. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan. c. Memberi pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya.

Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan prosedur yang dibuat untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial terdapat dalam setiap masyarakat baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini disebabkan setiap masyarakat menginginkan keteraturan hidup.



SUMBER :

http://wikipedia.com/

Pengaruh kesamaan pada atraksi interpersonal

Kesamaan memiliki pengaruh terhadap memulai hubungan dengan daya tarik awal untuk mengenal satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan sikap tinggi menghasilkan peningkatan signifikan dalam daya tarik awal kepada orang target dan perbedaan sikap yang tinggi mengakibatkan penurunan daya tarik awal (Gutkin, Gridley & Wendt, 1976; Kaplan & Olczak, 1971). Kesamaan juga mempromosikan komitmen hubungan. Studi tentang kencan pasangan heteroseksual menemukan bahwa kesamaan dalam nilai-nilai intrinsik pasangan itu terkait dengan komitmen hubungan dan stabilitas (Kurdek & Schnopp-Wyatt, 1997).


SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Kesamaan Kepribadian dalam Atraksi Interpersonal

Para peneliti telah menunjukkan bahwa daya tarik interpersonal berkorelasi positif kepribadian kesamaan (Goldman, Rosenzweig & Lutter, 1980). Orang-orang cenderung mitra keinginan romantis yang mirip dengan mereka pada keramahan, hati nurani, ekstroversi, kestabilan emosi, keterbukaan terhadap pengalaman (Botwin, Buss, & Shackelford, 1997), dan gaya lampiran (Klohnen & Luo, 2003).

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Kesamaan Minat dan aktivitas dalam Atraksi Interpersonal

Kegiatan kesamaan terutama prediksi dari penilaian sukai, yang mempengaruhi penilaian tarik-menarik (Lydon, Jamieson & Zanna, 1988). Lydon dan Zanna (1987, 1988) menyatakan bahwa pemantauan diri yang tinggi orang lebih dipengaruhi oleh kesamaan aktivitas preferensi dari kesamaan sikap terhadap daya tarik awal, sedangkan rendah diri pemantauan orang lebih dipengaruhi pada daya tarik awal dengan kesamaan sikap berbasis nilai dari pilihan kegiatan kesamaan.

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Kesamaan Ketrampilan sosial dalam Atraksi Interpersonal

Menurut langkah-langkah pasca-percakapan daya tarik sosial, kesamaan taktis berkorelasi positif dengan kepuasan partner dan peringkat kompetensi global, tetapi tidak berkorelasi dengan perubahan pendapat dan dirasakan tindakan persuasi (Waldron & Applegate, 1998).


SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Kesamaan Sikap dalam Atraksi Interpersonal

Menurut 'hukum tarik-menarik' oleh Byrne (1971) , daya tarik terhadap orang yang secara positif berkaitan dengan proporsi kesamaan sikap berhubungan dengan orang itu. Clore (1976) juga dikemukakan bahwa satu dengan sikap yang sama seperti milik Anda lebih menyenangkan dengan persepsi Anda tentang hal-hal dan lebih memperkuat dia / dia, sehingga lebih Anda suka dia. Berdasarkan konsistensi kognitif teori, perbedaan sikap dan kepentingan dapat menyebabkan benci dan penghindaran (Singh & Ho, 2000; Tan & Singh, 1995) sedangkan kesamaan dalam sikap mempromosikan daya tarik sosial (Byrne, London & Reeves, 1968; Singh & Ho , 2000). Miller (1972) menunjukkan bahwa kesamaan sikap mengaktifkan daya tarik yang dirasakan dan informasi yang mendukung kemampuan dari satu sama lain, sedangkan perbedaan akan mengurangi dampak dari isyarat.
Penelitian oleh Jamieson, Lydon dan Zanna (, 1987 1988) menunjukkan bahwa kemiripan sikap dapat memprediksi bagaimana orang menilai menghormati mereka satu sama lain, dan kesan pertama sosial dan intelektual yang dalam hal kesamaan aktivitas preferensi dan berbasis nilai kesamaan sikap masing-masing. Dalam perbandingan antargolongan, kesamaan sikap tinggi akan mengakibatkan homogenitas di antara anggota dalam kelompok sedangkan kesamaan sikap rendah akan menyebabkan perbedaan di antara anggota dalam kelompok, mempromosikan daya tarik sosial dan mencapai kinerja kelompok tinggi dalam tugas yang berbeda (Hahn & Hwang, 1999).
Meskipun kesamaan sikap dan atraksi yang berhubungan linier, atraksi mungkin tidak memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengubah sikap (Simons, Berkowitz & Moyer, 1970)
Sosial dan latar belakang budaya
Byrne, Clore dan Worchel (1966) menyarankan orang dengan status ekonomi yang sama kemungkinan besar akan tertarik satu sama lain. Buss & Barnes (1986) juga menemukan bahwa orang lebih suka pasangan romantis mereka untuk menjadi serupa dalam karakteristik demografi tertentu, termasuk latar belakang agama, orientasi politik dan status sosial-ekonomi .


SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Kesamaan Penampilan fisik dalam Atraksi Interpersonal

The hipotesis pencocokan diusulkan oleh sosiolog Erving Goffman menunjukkan bahwa orang lebih mungkin untuk membentuk hubungan jangka panjang dengan mereka yang sama-sama cocok dalam atribut sosial, seperti daya tarik fisik, karena mereka. Studi yang dilakukan oleh peneliti Walster dan Walster mendukung pencocokan hipotesis dengan menunjukkan bahwa mitra yang serupa dalam hal daya tarik fisik menyatakan paling suka satu sama lain. Studi lain juga menemukan bukti yang mendukung hipotesis yang cocok: foto pasangan kencan dan terlibat dinilai dalam hal daya tarik, dan kecenderungan pasti ditemukan untuk pasangan daya tarik sama dengan tanggal atau terlibat. Namun, kecepatan-dating Percobaan dilakukan pada mahasiswa pascasarjana dari Columbia University menunjukkan bahwa meskipun daya tarik fisik lebih disukai dalam calon pasangan, pria menunjukkan preferensi yang lebih besar untuk itu daripada wanita.

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Kesamaan dalam Atraksi Interpersonal

Gagasan tentang "burung bulu kawanan bersama" menunjukkan kesamaan yang merupakan penentu penting daya tarik interpersonal. Menurut model tarik-kesamaan Morry's (2007), ada awam keyakinan bahwa orang-orang dengan kesamaan yang sebenarnya menghasilkan daya tarik awal. kesamaan dirasakan mengembangkan seseorang untuk orang lain menilai sebagai mirip dengan diri mereka sendiri dalam hubungan berlangsung. Persepsi tersebut adalah salah egois (persahabatan) atau hubungan-melayani (hubungan romantis). Newcomb (1963) menunjukkan bahwa orang cenderung untuk mengubah kesamaan persepsi untuk memperoleh keseimbangan dalam hubungan. Selain itu, kesamaan persepsi ditemukan lebih besar dari kesamaan yang sebenarnya dalam memprediksi atraksi interpersonal.

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

eksposur Mere / akibat pemaparan dalam Atraksi Interpersonal

Seperti disebutkan di atas, hanya akibat pemaparan , juga dikenal sebagai asas kekeluargaan, menyatakan bahwa semakin kita terkena sesuatu, semakin kita datang untuk menyukainya. Hal ini berlaku sama untuk kedua benda dan orang (Miller, 2006). Pengaruh alergi sosial terjadi ketika kebiasaan menjengkelkan seseorang bertambah buruk dari waktu ke waktu, bukannya tumbuh lebih suka keanehan nya.

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

efek Propinkuitas dalam Atraksi Interpersonal

Menurut Hubungan Intim teks Rowland Miller, pengaruh keakraban dapat didefinisikan sebagai: "semakin kita melihat dan berinteraksi dengan seseorang, semakin besar kemungkinan ia menjadi teman kita atau pasangan intim." Efek ini sangat mirip dengan hanya akibat pemaparan dalam bahwa semakin seseorang terkena rangsangan, semakin banyak orang yang menyukainya, namun ada beberapa pengecualian kepada hanya akibat pemaparan .

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Penyebab dalam Atraksi Interpersonal

Banyak faktor yang menyebabkan atraksi interpersonal telah dipelajari. Yang paling sering dipelajari adalah: daya tarik fisik , keakraban , keakraban , kesamaan , saling melengkapi , menyukai timbal balik , dan penguatan . Dalam masyarakat rayuan ada konsep switch daya tarik untuk pria menarik wanita yang mirip dengan faktor catat sebelumnya.

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

Atraksi Interpersonal/ Ketertarikan interpersonal

atraksi Interpersonal adalah daya tarik antara orang-orang yang mengarah ke persahabatan dan romantis hubungan . Studi tentang atraksi interpersonal merupakan area utama penelitian dalam psikologi sosial . atraksi interpersonal ini terkait dengan berapa banyak kita suka , cinta , benci, atau membenci seseorang. Hal ini dapat dilihat sebagai gaya bertindak antara dua orang yang cenderung menarik mereka bersama-sama dan menolak perpisahan mereka. Ketika mengukur daya tarik interpersonal, kita harus mengacu pada kualitas dari menarik serta kualitas dari attractor untuk mencapai akurasi prediktif. Disarankan bahwa untuk menentukan daya tarik, kepribadian dan situasi harus diperhitungkan. Tolakan juga merupakan faktor dalam proses tarik interpersonal,'s konsepsi salah satu "daya tarik" lain dapat bervariasi dari atraksi ekstrem tolakan ekstrim

SUMBER
http://hightechpsych.blogspot.com/
http://weikipedia.com/

PRODUKTIVITAS KELOMPOK

Grup produktivitas telah menjadi fokus dari banyak penelitian dalam bidang psikologi terutama dalam kaitannya dengan produktivitas kelompok dalam sebuah pekerjaan, sosial atau informasi setting seperti kelompok fokus.dinamika Grup telah dipelajari di berbagai paradigma dalam psikologi. Gagasan produktivitas kelompok menjadi semakin tajam ketika mempertimbangkan pembentukan dan penggunaan kelompok untuk menentukan lingkungan sosial dan fisik seperti kerja dengan badan pengawas dan penggunaan juri, serta interaksi sehari-hari kita sosial dan harapan masyarakat .
Lebih kurangnya produktivitas pada kelompok sangatlah penting, karena peran dari kelompok dan produktivitas mereka menanggapi merupakan area yang penting dari penelitian dalam psikologi sosial sebagai banyak dunia barat mempekerjakan pembentukan kelompok dan pengaturan sosial untuk di-tetap menilai serta untuk tujuan pendidikan.Buunk, Cohen-Schotanus dan Henk van Nek (2007) menyarankan bahwa perbandingan sosial dalam (pelatihan pendidikan) kelompok dapat menghasilkan hasil yang maladaptif dan stres meningkat.Mereka menemukan bahwa ini adalah sangat jelas jika siswa diidentifikasi ke bawah, dengan kelompok yang dilakukan kurang baik dibandingkan jika mereka mengidentifikasi ke atas, dengan kelompok yang dilakukan lebih baik.Mereka juga menemukan bahwa kecemasan kinerja diciptakan dan dengan demikian mengurangi produktivitas / kemampuan. Studi ini juga menemukan bahwa anggota kelompok terlibat dalam perbandingan dengan orang lain yang paling umum untuk keperluan evaluasi diri, dengan perbandingan ke bawah terfokus pada diri-perangkat tambahan dan perbandingan ke atas berfokus pada perbaikan diri. Saran diasumsikan oleh Buunk, Cohen-Schotanus dan Henk van Nek (2007) adalah bahwa pendidik mungkin perlu membayar perhatian yang lebih besar dengan sifat potensial maladaptif dari dalam perbandingan kelompok.
Referensi:
Abrams, D., Rutland, A., Cameron, L., & Ferrell, J. (2007). Lebih tua tetapi wilier: dalam kelompok akuntabilitas dan pengembangan dinamika kelompok subjektif 134-148. Developmental Psikologi 43, (1),.

http://hightechpsych.blogspot.com/

CARA MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS KELOMPOK

Di sini dijelaskan cara dan bagaimana produktifitas dari kelompok dapat di tingkatkan melalui sensitivitas yang lebih besar terhadap aspek di atas dan berbagai bentuk keanggotaan kelompok, kelompok make-up dan konteks tugas.Dengan menyadari aspek-aspek produktivitas kelompok dan potensi mereka untuk menghalangi kinerja dimungkinkan untuk mengurangi pengaruh mereka.rincian lebih spesifik dan metode meningkatkan produktivitas adalah sebagai berikut.
Menurut Abrams, Rutland, Cameron dan Jennifer Ferrell (2007) menyarankan bahwa dalam kelompok akuntabilitas memainkan peran penting dalam mengatur kinerja kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta (anak usia tengah) sangat dipengaruhi oleh rekan-rekan mereka dalam pembuatan keputusan tentang anggota kelompok yang memiliki karakteristik yang berbeda daripada yang dianggap norma dan bahwa mereka menjadi lebih tua mereka mengembangkan langkah-langkah evaluatif lebih canggih. Temuan studi ini menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu dinamika kelompok lebih baik dan produktivitas yang lebih besar mungkin akan bermanfaat untuk meningkatkan akuntabilitas individual untuk kegiatan kelompok. Kritis penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk menentukan apakah peningkatan akuntabilitas tersebut pada usia ini memiliki hasil yang sama seperti orang dewasa maupun jika hasil akuntabilitas meningkat pada kontribusi menurun pada tingkat individu.
Dan juga dijelaskan menurut De Dreu (2007) mengemukakan kelompok dilakukan baik melalui berbagi informasi meningkat dan rasa saling ketergantungan dirasakan hasil koperasi.Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah anggota kelompok belajar dan peningkatan bagaimana pengaruh mereka. De Dreu menyatakan bahwa temuan tersebut dalam sebuah tim organisasi pengaturan (peserta yang terlibat dan tim manajer masing-masing) diizinkan untuk metode ini untuk umum untuk pengaturan organisasi yang bertentangan dengan batas-batas laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas dalam suatu kelompok mungkin berguna untuk mendorong konsep hasil saling ketergantungan koperasi.
Kemudian dapat di simpulkan saat ini menunjukkan bahwa tidak ada jawaban yang pasti apakah orang tampil lebih baik secara berkelompok maupun perorangan sebagai kelompok dapat dibentuk di skenario hampir tak terbatas dengan berbagai anggota grup make-up.Apa yang telah disarankan namun adalah bahwa akan ada banyak komponen untuk meningkatkan produktivitas kelompok dan rintangan penurunan, yang secara konsisten ditujukan melalui identifikasi isu-isu seperti serta pendidikan kelompok. Tindakan seperti akuntabilitas meningkat, identifikasi groupthink dan kelompok budaya dan individu make-up sekalian didukung. Penelitian di masa depan mungkin diperlukan dalam upaya untuk menyatukan konsep-konsep ini menjadi metode efektif meningkatkan produktivitas kelompok. Namun pendekatan universal tampaknya tidak layak karena pengaruh budaya dan sosial, budaya inisiatif spesifik mungkin lebih efektif.
Referensi:

Abrams, D., Rutland, A., Cameron, L., & Ferrell, J. (2007). Lebih tua tetapi wilier: dalam kelompok akuntabilitas dan pengembangan dinamika kelompok subjektif 134-148. Developmental Psikologi 43, (1),.

http://hightechpsych.blogspot.com/

Kelompok yang efektif dan yang tidak efektif

Di dalam sebuah kelompok terjadi beberapa konflik dan juga kesalahpahaman antara anggota kelompok. Kemudian setiap kelompok mempunyai sisi efektif atau tidak efektifnya sebuah kelompok/group.
Menurut Shaw (1979: 6-10) terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik dari suatu kelompok :
• Persepsi dan kognisi anggota kelompok
• Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction)
• Tujuan kelompok (Group Goals)
• Organisasi Kelompok
• Ada ketergantungan antara anggota kelompok
• Interaksi

Jadi dapat dilihat dan disimpulkan jika suatu kelompok yang efektif harus mempunyai, yaitu :
• Persepsi dan kognisi antar kelompok yang baik
• Mempunyai motivasi dan kebtuhan kepuasan
• Terdapat ketergantungan yang baik antara anggota kelompok
• Adanya interaksi antar anggota kelompo
• Terdapat rasa kebersamaan pada kelompok
• Adanya tujuan yang jelas antar kelompok
• Mempunyai dinamika interdependensi.
Tidak hanya itu setiap kelompok atau group juga terdapat kelompok yang tidak efektif di dalamnya, yaitu :
• Kurangnya persepsi dan kognisi antar keompok
• Kurang adanya motifasi dan keutuhan akan kepuasan
• Kurangnya rasa ketergantungan pada kelompok
• Kurangnya interaksi di dalam kelompok
• Tidak terdapat tujuan yang jelas di dalam kelompok
Kelompok yang tidak efektif mungkin dapat menimbulkan kurangnya perkembangan di dalam diri individu dan mungkin lebih mementingkan rasa egois di dalam diri tiap individu di dalam kelompok, dan hal tersebut lebih banyak dapat menimbulkan konflik di bandingkan dengan kelompok yang efektif.

SUMBER : http:://wikipedia.com

PERBEDAAN PENDEKATAN

Di sini saya mnjelaskan tentang penertian dan juga perbedaan antara pendekatan deduktif dan induktif. Terlebih dahulu saya menjelaskan tentang pendekatan deduktif (deductive approach), pendekatan ini adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan.
Kemudian saya juga membahas definisi dari pendekatan induktif. Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut.Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).
Kemudian disini terlihat sangat jelas perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah Kandungan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat global (makro) sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis sistem deduktif bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif, karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil dari fenomena tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya. Itu adalah perbedaan antara dua pendekatan tersbut.

SUMBER : http://ihda_kimia.student.fkip.uns./ac.id2009/

Minggu, 10 Oktober 2010

ASUMSI DASAR DAN URAIAN TEORI SINTALITAS KELOMPOK ( GROUP SYNTALITY THEORY )

Asumsi dasar dari teori ini berasal dari katan sintalitas (syntality) yang digunakan oleh Cattell untuk menunjukkan “kepribadian kelompok” yang mencankup kebersamaan, dinamika, temperamen, dan kemampuan kelompok.
Dasar-dasar pendapat yang dikemukakan oleh Cattell dipengaruhi oleh pandangan McDougall (1920) tentang kelompok, yaitu :
• Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok akan tetap ada walaupun anggota-anggotanya berganti.
• Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan.
• Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan.
• Kelompok mampu berespons secara keseluruhan terhadap suatu rangsang yang tertuju pada salah satu bagiannya.
• Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi.
• Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama).

Kemudian Cattell mengemukakan setidaknya membutuhkan tiga panel dalam suatu kelompok, yang terdiri atas : sifat-sifat sintalitas yaitu pengaruh dari adanya kelompok sebagai keseluruhan, baik terhadap kelompok lain maupun terhadap lingkungan; sifat-sifat struktur kelompok yaitu hubungan yang tercipta antara anggota kelompok, perilaku-perilaku di dalam kelompok, dan pola organisasi kelompok; dan sifat-sifat populasi yaitu sifat rata-rata dari anggota-anggota kelompok. Hubungan dari ketiga panel ini adalah saling ketergantungan.
Selain dari tiga panel yang telah diuraikan tersebut, Cattell juga menyatakan adanya dua aspek penting pada kelompok, yaitu : eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya dan kelompok-kelompok biasanya saling tumpang tindih.

SUMBER : Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi; karangan Onong Uchjana Effendy.
Teori-Teori Psikologi Sosial; karangan Sarlito Wirawan Sarwono.

TEORI SINTALITAS KELOMPOK (Group Syntality Theory)

PENCIPTA DAN SEJARAH TEORI SINTALITAS KELOMPOK ( GROUP SYNTALITY THEORY )
Teori Sintalitas Kelompok merupakan perwujudan dari proses komunikasi dari suatu kelompok. Teori ini dikembangkan oleh Cattell pada tahun 1948.Cattell berpendapat bahwa untuk dapat membuat perkiraan-perkiraan ilmiah yang tepat, segala sesuatu harus dapat diuraikan, diukur, dan diklasifikasikan dengan tepat dan cermat.
Dalam teori sintalitas ini, Cattell menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok haruslah memiliki kepribadian yang dapat dipelajari.Dengan alasan ini, Cattell dengan teorinya dikatakan sebagai pengembang Psikologi yang dinamakan Psikologi Kepribadian Kelompok.

KARAKTERISTIK PADA KELOMPOK

Di dalam kelompok terdapat beberapa karakteristik pada kelompok. Kelompok dasarnya juga pemimpin, dan yang berbagi rasa identitas bersama. Kelompok juga menyediakan Stimulus, Perlindungan & persyaratan psikologis lain kepada para anggotanya. Karakteristik dari kelompok adalah :
 Sering terlibat dalam interaksi
 Mereka yang terlibat mendefinisikan diri sebagai anggota kelompok
 Mendevinisikan anggota sebagai milik kelompok tertentu
 Saling membagi norma-norma umum dan kepentingan bersama
 Mereka mengidentivikasikan satu sama lain dan nilai saham
 Mereka mempunyai rasa tanggung jawab bersama
 Bertindak di dalam organisasi secara terpadu


SUMBER : http://www.nishanw.org/groups.doc

Minggu, 03 Oktober 2010

Ketrampilan kerjasama (collaborative skills)

Di dalam upaya dalam pembentukan kelompok. Di sini juga di jelaskan bahwa kelompok juga tidak akan mungkin dapat berfungsi secara efektif tanpa mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama. Ketrampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota kelompok. Mengapa bisa demikian? Karena banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya di dalam melaksanakan tugasnya, individu tersebut juga merupakan bagian dari kelompok/tim. Berbagai studi mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa dengan mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama walaupun mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam menyelesaikan tugas kelompoknya
Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

Proses kelompok (group processing)

Di dalam upaya dalam pembentukan kelompok. Di antaranya adalah proses kelompok yang juga merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha pencapaian hasil kerja kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok, antara lain dapat diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternatif-alternatif strategi yang dapat diambil di dalamalam upaya untuk perbaikan di dalam kerja kelompok.
Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

lnteraksi langsung (face-to-face interaction)

Di dalam upaya dalam pembentukan kelompok. Di sini juga dijelaskan bahwa di dalam kelompok perlu lnteraksi secara langsung yang merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam mengupayakan pengembangan kelompok/tim yang efektif. Dengan adanya interaksi langsung atau face-to-face interaction ini maka iklim kerja akan menjadi lebih baik dan sebagai dampaknya akan meningkatkan produktifitas, moral an efektifitas kerja kelompok karena komunikasi antar kelompok lebih terbuka. Agar interaksi langsung ini dapat terwujud maka dianjurkan jumlah anggota dalam kelompok tidak terlalu besar.
Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

UPAYA DALAM PEMBENTUKAN KELOMPOK

A. Ketergantungan positif (positive interdependency)
Di dalam upaya dalam pembentukan kelompok awalnya di perlukan “ketergantungan positif” ( positif interpedency ). Yang dimaksud dengan ketergantungan positif adalah suatu keadaan dimana setiap orang dalam kelompok saling membutuhkan dan merasa bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan merupakan hasil bersama dan tanggung jawab bersama. Ketergantungan positif dapat dilihat dari persepsi positif terhadap setiap anggota kelompok. Selain itu semua anggota selalu berusaha agar keuntungan atau keberhasilan yang diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Kelompok yang mempunyai ketergantungan positif yang tinggi akan mempunyai keterikatan atau kohesi antar anggota yang tinggi pula.
Terdapat beberapa kondisi yang dapat membantu perwujudan ketergantungan positif, yaitu :
 Adanya tujuan yang ingin dicapai bersama dan pencapaian tujuan ini benar-benar
 Membutuhkan kerjasama yang tinggi.
 Adanya imbalan (reward) yang sama bagi setiap anggota kelompok. Dalam hal ini semua mendapat perlakuan yang sama tanpa ada pengecualian.
 Adanya peran dan tanggung jawab yang komplimenter dan saling berhubungan.
 Adanya ketergantungan tugas, dimana pekerjaan satu kelompok baru dapat dikerjakan bila kelompok lain telah menyelesaikan bagiannya.
 Adanya ketergantungan informasi, dimana setiap anggota kelompok hanya mempunyai sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Contohnya, tim ahli dalam suatu proyek.


Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

Keandalan individu (individual accountability)

Di dalam upaya dalam pembentukan kelompok. Di dalam pembentukan individu juga dibahas tentang Keandalan individu mungkin dapat dilihat dari penampilan/performance seseorang. Dalam upaya pembentukan tim hal ini sangat penting guna mengetahui:
 kemampuan masing-masing anggota, sehingga dapat diidentifikasi yang mana perlu peningkatan.
 sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok, apakah kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.
Di sini juga di perlukan pengenalan dan konstribusi karena sangat penting :
 memungkinkan setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-masing dalam kelompok.
 memungkinkan saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
 dapat lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.
Walaupun kerja kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau suatu keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan menimbulkan suatu kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan "social loafing", yaitu suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena kurang jelasnya identifikasi kontribusi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok, kurangnya tanggung jawab terhadap hasil akhir dari tugas yang diberikan. Apabila semua faktor-faktor ini cukup jelas dimana semua orang mengerti akan tugas masing-masing, menyadari akan tanggung jawab masing-masing terhadap hasil akhir serta adanya keterikatan kelompok yang cukup erat maka kemungkinan terjadinya keadaan social loafing dapat dihindari, setidak-tidaknya dikurangi.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

JENIS BIMBINGAN DAN KONSELING

Di dalam psikologi kelompok atau bimbingan kelompok dan konseling terdapat jenis-jenis dari hal tersebut, yaitu :
a) Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance )
Dalam hal ini bantuan yang dapat diberikan kepada anak dalam bimbingan pendidikan berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar, mengambangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalm belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah.

b) Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan merupakan kegiatan bimbingan yang pertama, yang dimulai oleh Frank Parson pada tahun 1908 di Boston, Amerika Serikat.Departemen tenaga kerja di negara ini telah memplopori bimbingan pekerjaan bagi kaum muda agar mereka memiliki bekal untuk terjun ke masyarakat.
Bimbingan pekerjaan telah masuk sekolah dan setiap siswa di sekolah lanjutan tungkat pertama dan atas menerima bimbingan karir. Konsep Parson sangat sederhana, yaitu sekedar membandingkandan mengkombinasikan antara hasil analisis individual dan hasil analisis dunia kerja

c) Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi merupakan batuan yang diberikan kepada siswa untuk embangun hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral / agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta membantunya untuk memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya. Ketepatan bimbingan ini lebih terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri untuk belajar mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan belajar menerapkan dirinya dalam proses penyesuaian yang produktif terhadap lingkunganya.
di dalam bimbingan pribadi terdapat beberapa intian pokok dari aspek-aspek tersebut. Yaitu :
1. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranya masa depan
3. Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha penanggulanganya.
4. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
5. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
6. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan secara efektif
7. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

TUJUAN BIMBINGAN KELOMPOK

Selain kita memahami dan mengerti pengertian dan aspek-aspek tentang psikologi kelompok atau bimbingan kelompok, kita harus mengetahui dan memahami tujuan dari bimbingan kelompok. Di sini saya menguraikan tujuan-tujuan dari bimbingan kelompok. Terdapat tujuan umum dan khususnya,yaitu
 Tujuan Umum : Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi perserta layanan (siswa).
 Tujuan Khusus : Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

TAHAP PELAKSANAAN KELOMPOK

Di dalam bimbingan kelompok ada beberapa tahap dalam pelaksanaan kelompok. Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu:

 TAHAP I PEMBENTUKAN
Di dalam tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan individu, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Di dalam tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing individu, sebagian individu, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

 TAHAP II PERALIHAN
Tahap kedua ini merupakan “penghubung” antara tahap pertama dan ketiga. Ada saatnya penghubung ditempuh dengan sangat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada saatnya juga menghubungkan tahap tersebut ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok tidak memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti dan menghubungkan tahap-tahap ini dengan benar


 TAHAP III KEGIATAN
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengantarya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :
1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas
4. Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan bertujuan agar dapat mengungkap suatu masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

 TAHAP IV PENGAKHIRAN
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan.
Terdapat beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan.
4. Mengemukakan pesan dan harapan.


Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

PENGERTIAN PSIKOLOGI KELOMPOK

A. PENGERTIAN
Pengertian kelompok menurut Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004: 565).
Dan juga pengertian kelompok menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 64) menyatakan hal yang sama mengenai bimbingan kelompok yaitu:
layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan pengertian di atas saya menyimpukan bahwa psikologi/bimbingan kelompok adalah suatu layanan berupa bimbingan, pengarahan jiwa yang berasal dari bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang dilakukan kepada individu(siswa) dan beberapa peserta didik melalui kegiatan kelompok yang bertujuan untuk menunjang suatu kehidupannya sehari-hari maupun pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta berguna untuk pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan.
Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

TEORI DAN MODEL

Pada awal tahun tujuh puluhan, Hill danGrunner (1973) melaporkan bahwa lebih dari 100 teori perkembangan kelompok ada. Sejak itu, teori-teori lainnya telah muncul serta upaya kontras dan sintesis mereka. Akibatnya, sejumlah tipologi teori mengubah grup telah diusulkan.
Tipologi Sebuah maju oleh George Smith (2001) berdasarkan karya Mennecke dan rekan-rekannya (1992) mengklasifikasikan teori berdasarkan apakah mereka melihat perubahan terjadi secara linear, melalui siklus kegiatan, ataumelalui proses yang menggabungkan kedua jalur perubahan , atau yang benar-benar tidak phasic. Tipolog ilainnya didasarkan pada apakah kekuatan utama mempromosikan perubahan dan stabilitas dalam kelompok bersifat internal atau eksternal ke grup. Kerangka ketiga maju oleh Andrew Van de Vendan Marshall Scott Poole (1995), membedakan teori didasarkan pada empat yang berbeda "motor" untuk menghasilkan perubahan. Menurut kerangka ini, empat berikut jenis model pengembangan kelompok ada:
Siklus hidup model : Jelaskan proses perubahansebagaipenyingkapanurutan yang ditentukandan linear tahapmengikuti program yang prefigured padaawalsiklus (memutuskandalamkelompokataudikenakan di atasnya).
Teleologis model : Jelaskan perubahan sebagai gerakan tujuan menuju tujuan satu atau lebih, dengan penyesuaian didasarkan pada umpan balik dari lingkungan.
Dialektis model : Jelaskan berubah karena muncul dari konflik antara menentangentitas dan sintesis akhirnya mengarah pada siklus berikutnya konflik
Evolusioner Model : Jelaskan perubahan sebagai muncul dari sebuah siklus berulang variasi, seleksi dan retensi dan umumnya berlaku untuk perubahan dalam populasi dari pada perubahan dalam suatu perusahaan dari waktu ke waktu.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

PENGEMBANGAN KELOMPOK

Tujuan dari penelitian terpokus pada pengembangan kelompok adalah untuk mempelajari mengapa dan bagaimana kelompok-kelompok kecil berubah dari waktu ke waktu. Untuk melakukan hal ini, para peneliti memeriksa pola perubahan dan kontinuitas dalam kelompok-kelompok dari waktu ke waktu. Aspek kelompok yang mungkin dipelajari meliputi kualitas output yang dihasilkan oleh sebuahkelompok, jenis dan frekuensi kegiatan, yang ke kompakan ,adanya konflik , dll
Pada awal tahun tujuh puluhan, Hill danGrunner (1973) melaporkan bahwa lebih dari 100 teori perkembangan kelompok ada. Sejak itu, teori-teori lainnya telah muncul serta upaya kontras dan sintesis mereka. Akibatnya, sejumlah tipologi teori mengubah grup telah diusulkan.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

ORIENTASI DINAMIKA KELOMPOK

Kebutuhan akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang dinamika kelompok atau proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari semakin meningkat. Sebagai mahluk sosial, manusia memang tidak mungkin hidup sendiri tanpa ada orang lain bersamanya, apakah itu dalam keluarga, dalam kehidupan bermasyarakat, di kantor dan sebagainya. Dari hari pertama dilahirkan, kita sudah merupakan bagian dari kelompok yang dikenal sebagai keluarga; kita tidak mungkin dapat bertahan hidup pada menit-menit pertama, minggu-minggu pertama malahan pada tahun-tahun pertama setelah kelahiran tanpa bantuan dari kelompok (keluarga). Dan melalui keluarga ini pula kita mulai belajar bagaimana harus bersosialisasi, yang mana nantinya merupakan dasar dari pola tingkah laku dan pola berpikir serta mendidik kita agar mempunyai perspektif tertentu terhadap diri sendiri dan dunia luar/lingkungan. Selanjutnya, hari demi hari kita lalui bersama kelompok, dari satu kelompok ke kelompok yang lain, baik formal maupun informal. Dan dalam kelompok-kelompok ini interaksi kita dengan orang lain dalam kelompok tidak dapat terhindarkan. Dari berbagai studi tentang perilaku dan kepribadian menunjukkan bahwa bentuk perlakuan yang diterima seseorang dalam kelompoknya mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menentukan identitas kepribadian seseorang.
Dari keterangan diatas, dapat kita lihat bahwa kehidupan dalam kelompok sangatlah dinamis. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Yang penting diperhatikan agar kelompok tersebut tetap efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang dinamika atau proses-proses yang terjadi serta kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok. Kedua hal penting ini dapat kita pelajari melalui pemahaman tentang dinamika kelompok.


Fritz Heider, seorang ahli psikologi lain, dalam Teori Keseimbangan-nya (Balanced Theory) yang membahas mengenai hubungan-hubungan antar pribadi menerangkan bahwa individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain. Dan menurutnya, salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan adalah dengan menjalin komunikasi secara terbuka. Dewasa ini, upaya peningkatan kerja tim merupakan alternatif utama dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas suatu organisasi. Berbagai pelatihan dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan pengembangan kerja tim.
Saya di sini mungkin sedikit memberikan salah satu contoh ilustrasi yang merupakan salah satu contoh dari sosial di dalam suatu kelompok. Suatu individu (dina ) yang mengikuti organisasi mahasiswa di suatu kelompok, akan tetapi mereka memiliki perbedaan yaitu suatu keyakinan di dalamnya. Oleh karena itu dia mencoba mengimbangi tetapi tidak ada kecocokan. Ada salah satu individu ( andi ) lagi yang mempunyai satu keyakinan dengan dia, tetapi dia bisa berinteraksi dengan anggota yang lain. Maka dina mencoba mengikutinya walaupun sulit. Maka di dalam kelompok juga kita dapat mempelajari hal yang buruk dan juga hal yang baik, kemudian itu bisa membuat pola tingkah laku kita ke pada lingkungan dan masyarakat.


Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

KONFLIK DALAM KELOMPOK

Sepanjang individu berinteraksi di dalam kelompok tidak hanya dampak baik yang timbul di dalamnya, tetapi ada dampak negatifnya berupa konflik dalam kelompok. Konflik dapat terjadi bila perhatian utama anggota kelompok diarahkan pada diri sendiri. Dalam hal ini perspektif mereka menjadi sempit dan orientasi mereka hanya pada jangka waktu pendek saja. Oleh Sherif dan sherif (1953) dikatakan bahwa konflik ini dapat diatasi bila anggota kelompok mati memperluas persepsi mereka agar lebih diarahkan pada apa yang disebutnya sebagai "tujuan super ordinat". Tujuan super ordinat adalah tujuan yang sangat penting bagi semua orang dalam kelompok, tetapi tidak dapat dicapai hanya dengan bekerja sendiri. Dengan perkataan lain, kebutuhan kelompok akan terpenuhi selama semua orang yang terlibat dalam kelompok tersebut ikut bekerja.
Secara umum terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan konflik di dalamnya, yaitu :
 Perbedaan-perbedaan keinginan, nilai, tujuan
 Adanya keterbatasan akan sumber tertentu seperti kekuasaan, kedudukan, waktu, popularitas, uang dan lain-lain
 Persaingan (rivalry)

Tetapi konflik tidak hanya memberikan dampak jelek di dalam kelompok atau organisasi. Di dalam organisasi yang sehat justru konflik dianjurkan, hal ini sering dikenal dengan istilah kontroversi. Berbagai studi dalam bidang ilmu perilaku oranisasi yang menunjukkan bahwa adu argumentasi, ketidaksetujuan, debat, ide-ide atau informasi yang bermacam-macam ternyata sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas dan kualitas kelompok. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya konflik antara lain adalah anggota kelompok akan lebih terstimulasi atau terangsang untuk berpikir atau berbuat sehingga mengakibatkan kelompok menjadi lebih dinamis dan berkembang karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk menuangkan ide-ide atau buah pikirannya secara lebih terbuka. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam artian produktif konstruktif, konflik harus dikendalikan secara positif.
Kerugian yang ditimbulkan oleh konflik biasanya disebabkan karena konflik tersebut biarkan berjalan dalam waktu yang lama dan berkepanjangan atau dibiarkan menjadi semakin meruncing tanpa ada penyelesaian. Tentu hal ini dapat merusak iklim kerja dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja kelompok.
Pada dasarnya konflik yang terjadi dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu konflik antar individu (interpersonal conflict) dan konflik antar kelompok (intergroup onflict). Diantara kedua bentuk ini, konflik antar individu merupakan permasalahan yang cukup serius karena keadaan ini dapat mempengaruhi emosi individu secara mendalam dan bila keadaan ini tidak dikendalikan secara tepat maka cepat atau lambat dapat merusak iklim kerja baik dalam kelompok maupun organisasi.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

B. DEVINISI KELOMPOK MENURUT PARA TOKOH

Terdapat beberapa tokoh yang mendefinisikan pengertian dari kelompok, yaitu:
 Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
 Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
 (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

HAKIKAT DINAMIKA KELOMPOK

Devinisi dari dinamika kelompok dikemukakan Jacobs, Harvill dan Manson (1994); dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok
Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Kemudian pada hakikatnya, Dinamika Kelompok mencakup beberapa proses dan perasaan kelompok. Karenanya, lebih bersifat pada Deskriptif, tidak ada yang baik ataupun yang buruk. Dalam Keorganisasian-Keorganisasian juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok untuk proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.
Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/

TEKNIK PEMBENTUKAN KELOMPOK

Di nilai secara Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain.
Secara umum terdapat 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin, kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini. Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok yang efektif.

Sumber : http:// google.co.id
http :// wikipedia.com
http://blog.unila.ac.id/