Selasa, 22 Februari 2011

Kategori Kepadatan

Kepadatan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Holahan (1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori, yaitu :

- kepadatan spasial (spatial density), terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap

- kepadatan sosial (social density), terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.
Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :
- kepadatan dalam (inside density), yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan di dalam rumah, kamar;
- kepadatan luar (outside density), yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.
Zlutnick dan Altman (dalam Altman, 1975: Holahan, 1982) menggambarkan sebuah model dua dimensi untuk menunjukkan beberapa macam tipe lingkungan pemukiman, yaitu:
(1) Lingkungan pinggiran kota, yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang rendah;
(2) Wilayah desa miskin di mana kepadatan dalam tinggi sedangkan kepadatan luar rendah; dan
(3) Lingkungan Mewah Perkotaan, di mana kepadatan dalam rendah sedangkan kepadatan luar tinggi;
(4) Perkampungan Kota yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang tinggi.

sumber : Altma

Akibat Kepadatan Tinggi

Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan akibat bagi manusia baik secara fisik,
sosial maupun psikis. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling, 1978).
Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling, 1978; Gifford, 1987).
Akibat secara psikis antara lain: stres, menarik diri, perilaku menolong (perilaku prososial), kemampuan mengerjakan tugas, perilaku agresi.

sumber : altman

Pengertian Kepadatan

definisi kepadatan beberapa ahli :
- Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
- Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).
- Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

Penelitian tentang kepadatan manusia berawal dari penelitian terhadap hewan yang dilakukan oleh John Calhoun. Penelitian Calhoun (dalam Worche dan Cooper, 1983) bertujuan untuk mengetahui dampak negatif kepadatan dengan menggunakan hewan percobaan tikus. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perilaku kanibal pada hewan tikus seiring dengan bertambahnya jumlah tikus. Pertumbuhan populasi yang tak terkendali, memberikan dampak negatif terhadap tikus – tikus tersebut. Terjadi penurunan fisik pada ginjal, otak, hati, dan jaringan kelenjar, serta penyimpangan perilaku seperti hiperaktif, homoseksual, dan kanibal. Akibat keseluruhan dampak negatif tersebut menyebabkan penurunan kesehatan dan fertilitas, sakit, mati, dan penurunan populasi.

Penelitian terhadap manusia pernah dilakukan oleh Bell (dalam Setiadi, 1991) mencoba memerinci: bagaimana manusia merasakan dan bereaksi terhadap kepadatan yang terjadi; bagaimana dampaknya terhadap tingkah laku sosial; dan bagaimana dampaknya terhadap task performance (kinerja tugas)? Hasilnya memperlihatkan ternyata banyak hal-hal yang negatif akibat dari kepadatan, diantaranya :

1. ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu.

2.peningkatan agresivitas pada anak – anak dan orang dewasa (mengikuti kurva linear) atau menjadi sangat menurun (berdiam diri/murung) bila kepadatan tinggi sekali (high spatial density). Juga kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesama anggota kelompok.

3. terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan. Juga penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menuntut hasil kerja yang kompleks.

Dalam penelitian tersebut diketahui pula bahwa dampak negatif kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria lebih memiliki perasaan negatif pada kepadatan tinggi bila dibandingkan wanita. Pria juga bereaksi lebih negatif terhadap anggota kelompok, baik pada kepadatan tinggi ataupun rendah dan wanita justru lebih menyukai anggota kelompoknya pada kepadatan tinggi.

Pembicaraan tentang kepadatan tidak terlepas dari masalah kesesakan. Kesesakan atau crowding merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, sehingga lebih bersifat psikis (Gifford, 1978; Schmidt dan Keating, 1979; Stokois dalam Holahan, 1982). Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan individu tersebut (Altman, 1975).

Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat faktor, yaitu:
a. seting fisik.
b. seting sosial.
c. personal.
d. Kemampuan beradaptasi.

sumber: Altman (1975)

Adanya Kategori Kepadatan

Menurut Altman (1975), variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial. Variasi indikator kepadatan itu meliputi :

a. jumlah individu dalam sebuah kota
b. jumlah individu pada daerah sensus
c. jumlah individu pada unit tempat tinggal
d. jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
e. jumlah bangunan pada lingkungan sekitar dan lain – lain.
- Jain (1987) berpendapat bahwa tingkat kepadatan penduduk akan dipengaruhi oleh unsur – unsur, yaitu :
a. jumlah individu pada setiap ruang
b. jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
c. jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian
d. jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman.

sumber: Altman (1975)

TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN 3

Teori Hambatan Perilaku

Asumsi dari teori ini adalah stimulasi yang berlebihan menyebabkan terjadinya penghambatan dalam memproses informasi. Sehingga berakibat hilangnya control dari individu terhadap situasi.

Menurut Brehm dan Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995), awal saat kita merasakan hilang kendali atau control terhadap lingkungan, maka mula-mula kita akan merasa tak nyaman dan berusaha untuk menekankan kembali fungsi kendali kita. Hal ini disebut dengan fenomena psychological reactance.

sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN 4

Teori Tingkat Adaptasi

Teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak negative bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan suatu lingkungan tertentu.

Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
-Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.

-Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan.

-Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.

sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN 2

Teori Beban Lingkungan

Asumsi dari teori ini adalah, bahwa manusia memiliki pemrosesan informasi yang terbatas. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), asumsi tersebut adlaah:
1. Bahwa manusia memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas.
2. Jumlah Atensi yang diberikan orang tidak konstan, namun lebih kepada kesesuaian dengan kebutuhan.
3. Ketika informasi yang masuk berlebih, maka perhatian tidak akan bekerja secara maksimal.
4. Stimulus yang masuk akan dipantau, jika stimulus tersebut memiliki makna dan diperhatikan maka aka nada pemrosesan lebih jauh, namun jika tidak akan langsung dibuang atau tidak ada pemrosesan lebih lanjut.

Lalu jika informasi yang masuk lebih besar dari kapasitas maka akan terjadi yang dinamakan dengan pemusatan perhatian, contohnya saja saat kita sedang menjalani ujian tengah semester, kita akan lebih focus mengerjakan soal ujian dan lebih cenderung mengabaikan keadaan sekitar sampai soal yang kita kerjakan selesai.

Namun jika sebaliknya, saat stimulus yang datang lebih kecil dari kapasitas dapat terjadi kebosanan pada diri individu. Karena kurangnya stimulus dalam lingkungan juga dapat dikaitkan dengan kemonoton-an informasi yang dating ke diri individu.


sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Arousal Theory (Teori Arousal)

Arousal memiliki arti harfiah yang berarti pembangkit. Pembangkit disini maknanya adalah gairah atau emosi individu untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya saja saat kita kuliah pada mata pelajaran yang tidak menyenangkan, atau materi yang tidak kita suka. Maka secara otomatis kita akan mengantuk atau merasa lelah lebih cepat. Hal itu dapat diartikan bahwa kita tidak memiliki arousal untuk mata kuliah tersebut. Sedangkan kaitannya dengan Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya.


sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

Pendekatan Teori dan Metode Penelitian Psikologi Lingkungan 2

B. BEBERAPA TEORI
Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan antara lain adalah: Teori Arousal,
Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Tingkat Adaptasi, Teori Stres
Lingkungan, dan Teori Ekologi.
1. Teori Arousal (Arousal Theory)
Arousal (Pembangkit). Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori
telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang
dihasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah
bagian penting dari emosi. Contohnya, tingkat yang tinggi dalam keterbangkitan adalah
dalam kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah
adalah kesedihan dan depresi (Dwi Riyanti & Prabowo, 1997).
Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat
sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Mandler menamakan teorinya sebagai teori interupsi. Interupsi pada masalah
seperti dikemukakan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan
pengalaman emosional. Suatu hal yang dapat kita petik dari teori ini adalah bahwa orang
dapat memperlihatkan perubahan emosi secara ekstrim, misalnya bergembira atau bergairah
pada suatu saat, dan mengalami perasaan dukacita atau amarah pada saat yang lain.
Arousal dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Kita
dapat saja menjadi bosan atau tertidur, jika yang kita hadapi adalah hal-hal yang "tidak ada
apa-apanya". Suatu materi pelajaran yang tidak menarik dan sedikit sekali memberi manfaat
pada yang mendengarkan, membuat hampir semua yang mendengarkannya tidak bertahan
lama mengikutinya. Menurut Mandler, manusia memiliki motivasi untuk mencapai apa yang
disebut sebagai"dorongan-itemg//um0to/j0/m^^
arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya. Hampir
semua orang yang memiliki motivasi ini dalam berinteraksi sehari-hari, namun ada beberapa
orang yang tidak responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya,
sehingga hanya dapat dimunculkan arousal-nya jika benar-benar dalam keadaan yang amat
membahayakan.

SUMBER : http://elearning.faqih.net/2009/12/pendekatan-teori-dan-metode-penelitian.html

Pendekatan Teori dan Metode Penelitian Psikologi Lingkungan

PENDEKATAN TEORI
A. LATAR BELAKANG SEJARAH
Membahas perihal teori-teori yang dikemukakan para ahli psikologi lingkungan, maka yang
terlibat adalah teori-teori, baik di dalam maupun di luar disiplin psikologi. Beberapa teori tersebut amat luas jangkauannya dan beberapa lagi yang lain lebih terfokus, beberapa amat lemah dalam data empiris dan beberapa yang lain amat kuat. Dalam kaitan antara lingkungan dengan perilaku manusia, maka kita dapat menyebut sejumlah teori dimana dalam perspektif ini, yang terlibat di dalamnya antara lain adalah geografi, biologi ekologi, behaviorisme, dan psikologi Gestalt (Veitch & Arkkelin, 1995).

Geografi. Beberapa ahli sejarah dan geografi telah mencoba menerangkan jatuh-bangunnya peradaban yang disebabkan oleh karakteristik lingkungan. Sebagai contoh, Toynbee (dalam
Veitch & Arkkelin, 1995) mengembangkan teori bahwa lingkungan (atau secara lebih
spesifik topografi, iklim, vegetasi, ketersediaan air, dan sebagainya) adalah tantangan bagi
penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut. Tantangan lingkungan yang ekstrim akan
merusak peradaban, sementara tantangan yang terlalu kecil akan mengakibatkan stagnasi
kebudayaan. Lebih lanjut Toynbee mengusulkan bahwa tantangan lingkungan pada tingkat
menengah juga dapat mempengaruhi perkembangan peradaban. Pada tingkat yang makin
berkurang atau sebaliknya makin berlebihan hasilnya justru akan memperlemah pengaruhnya.
Gagasan mengenai tantangan lingkungan dan respon-respon perilakunya meski didasari oleh
para penganut geographical determinism, ternyata seringkali merupakan bentuk-bentuk atau
variasi-variasi teori yang diterapkan dalam psikologi lingkungan.
Sebagai contoh Barry, Child dan Bacon (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) mengusulkan
bahwa kebudayaan masyarakat pertanian (yang tidak nomaden) ternyata menekankan pola
asuh pada generasinya berupa: tanggungjawab, ketaatan, dan kepatuhan. Sebaliknya pada
kebudayaan nomaden pola asuh yang ditekankan adalah pada kemandirian dan akal.
Perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada kebudayaan pertanian, orang tinggal dan bekerja bersama-sama dalam suatu komunitas yang tanpa mobilitas yang tinggi,
sehingga yang dihasilkan adalah organisasi yang teratur. Hal tersebut tentunya akan lebih
menekankan pola asuh kepada ketaatan dan kepatuhan. Lain halnya dengan orang nomaden
yang lebih menyiapkan generasi mudanya untuk terbiasa dalam menghadapi situasi alam
yang berubah dan tidak dapat diramalkan pada saat menjelajahi alam, sehingga yang lebih
dibutuhkan adalah kemandirian dan akal. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa suatu seting lingkungan tertentu memberi peluang yang
terbaik bagi masyarakat penghuninya untuk mempertahankan diri.
Biologi Ekologi. Perkembangan teori-teori ekologi menunjukkan adanya perhatian terhadap
adanya ketergantungan biologi dan sosiologi dalam kaitan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, dimana hal itu secara signifikan mempengaruhi pemikiran-pemikiran psikologi
lingkungan. Dengan perkembangan ilmu ekologi, seseorang tidak dianggap terpisah dari
lingkungannya, melainkan merupakan bagian yang integral dari lingkungan. Pendapat
mengenai hubungan yang saling tergantung antara manusia dengan lingkungannya pada saat
ini akan tampak pada teori-teori yang dikembangkan pada disiplin psikologi lingkungan.
Lingkungan dan penghuninya masih sering dikaji sebagai komponen yang terpisah, meskipun
tidak ada keraguan lagi adanya hubungan yang saling tergantung di antara mereka.
Behaviorisme. Pengaruh penting lain yang merupakan pemikiran yang datang dari cabang
disiplin psikologi sendiri adalah behaviorisme. Pemikiran kalangan behavioris muncul
sebagai reaksi atas kegagalan teori-teori kepribadian untuk menerangkan perilaku manusia.
Pada saat ini secara umum dapat diterima bahwa dua hal penting yang menjadi pertimbangan
adalah konteks lingkungan dimana suatu perilaku muncul dan variabel-variabel personal
(seperti kepribadian atau sikap). Dengan mempertimbangkan kedua hal ini maka akan lebih
dapatdiramalkan suatu fenomena manusiadan lingkungannya daripadajika dibuat pengukuran
sendiri-sendiri.
Psikologi Gestalt. Psikologi Gestalt berekembang pada saat yang berbarengan dengan
behaviorisme dan lebih menekankan perhatian kepada persepsi dan kognisi sebagai perilaku
yang tampak (overt behavior). Prinsip terpenting dari cara kerja kalangan Gestalt ini adalah
bahwa objek-objek, orang-orang, dan seting-seting dipersepsi sebagai suatu keseluruhan,
dimana hal itu lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagian. Dari pandangan Gestalt, suatu
perilaku didasarkan pada proses kognitif, yang bukan dipengaruhi oleh proses stimulus tetapi
dari persepsi terhadap stimulus tersebut. Pengaruh Gestalt pada psikologi lingkungan dapat
dilihat antara lain pada kognisi lingkungan, misalnya untuk menjelaskan persepsi, berpikir,
dan pemrosesan informasi lingkungan.
Dari beberapa perspektif di atas, Veitch & Arkkelin (1995) menekanlan adanya dua hal
yang perlu diketahui. Pertama, sebagaimanayang sudah disebutkan di atas bahwa pendekatan
yang dipakai pada perspektf-perspektif di atas ada yang amat lebar dalam cakupan dan ada
pula yang lemah dalam data empiris. Kedua, tidak ada grand theory dalam psikologi
lingkungan, karena tidak ada pendekatan atau perspektif tunggal yang dapat menerangkan hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungannya secara memuaskan. Hal ini paling
tidak disebabkan oleh empat hal:
(a) Tidak ada data yang cukup tersedia dalam kaitan hubungan manusia dengan
lingkungannya, sehingga dapat dipercaya untuk menyatukan teori
(b) Hubungan-hubungan yang dikaji para peneliti amaat sangat beragam
(c) Metode yang digunakan tidak konsisten
(d) Cara pengukuran variabel tidak selalu kompatibel dari suatu seting penelitian ke
penelitian berikutnya.

SUMBER : http://elearning.faqih.net/2009/12/pendekatan-teori-dan-metode-penelitian.html

pendekatan teori psikologi lingkungan

psikologi lingkungan, meskipun lapangan cepat berkembang, adalah salah satu yang paling sulit untuk masuk ke dalam batas-batas penyelidikan ilmiah. Mengukur data subyektif seperti reaksi terhadap warna,, cahaya panas, dan suara tampaknya menjadi tugas yang hampir mustahil, memang, sampai sekarang belum ada teori sekitar yang penelitian di bidang ini bisa diatur. Volume ini merupakan upaya awal untuk mengidentifikasi variabel yang relevan yang terlibat dan cocok mereka ke dalam kerangka sistematis. Selain itu, menyajikan set luas langkah-langkah untuk menyelidiki teori tersebut dan menerapkannya dalam berbagai lingkungan sehari-hari.

Pada dasarnya, kerangka kerja diuraikan di sini mengusulkan bahwa rangsangan lingkungan terkait dengan respon perilaku oleh respon emosional utama gairah, kesenangan, dan dominasi. Dengan mempertimbangkan dampak lingkungan tanggapan tersebut emosi dasar, efek dari komponen stimulus beragam di dalam atau di seluruh modalitas arti dapat langsung dibandingkan. Konsep tambahan, tingkat informasi, digunakan untuk membandingkan efek dari lingkungan yang berbeda, masing-masing dengan stimulasi di modalitas banyak arti. Dalam bab-bab akhir penulis menyajikan serangkaian hipotesis yang berhubungan variabel respon emosi terhadap keragaman perilaku seperti pendekatan fisik, kinerja, afiliasi, dan atau nonverbal mengungkapkan preferensi lisan.

sumber : http://mitpress.mit.edu/9780262630719

Metodologi Penelitian dalam Psikologi Lingkungan

Metode Penelitian
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995) terdapat 3 metode penelitian di yang lazim di gunakan di lapangan penelitian psikologi lingkungan. Ketiga metode tersebut, yaitu :
A. Eksperimen Laboratorium
Menurut Veitch dan Arkkelin, jika seseorang peneliti memiliki perhatian terutama yang berkaitan dengan tingginya validitas internal, maka eksperimen laboratorium adalah pilihan yang biasa di ambil. Metode ini memberi kebebesan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variable yang diasumsikan menjadi penyebab dengan cara mengontrol kondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variabel-variabel yang mengganggu (extraneous variables). Metode eksperimen laboratorium juga mengukur pengaruh manipulasi-manipulasi tersebut. Metode ini pada umumnya juga melibatkan pemilihan subjek secara random dalam kondisi eksperimen, bahwa setiap subjek memiliki kesempatan yang sama dalam setiap kondisi eksperimen.
Eksperimen tidak dapat memastikan bahwa hasil-hasil penelitian yang dihasilkan dalam situasi yang amat kompleks dapat diterapkan di luar laboratorium. Hal ini berkaitan validitas internal dan validitas eksternal, dimana suatu peningkatan validitas internal cenderung akan mengurangi validitas eksternal.
B. Studi Korelasi
Menurut Veitch dan Arkkelin, jika seseorang peneliti ingin memastikan tingkat validias eksternal yang tinggi, maka seorang penliti dapat menggunakan variasi-variasi dari metode korelasi. Studi-studi yang menggunkan metode ini dirancang untuk menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan diantara hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam nyata yang tidak dibebani oleh pengaruh pengumpulan data.
Dengan menggunakan metode pengambilan data apapun, penyimpulan dengan menggunkan studi korelasi dapat di peroleh hasil yang berbeda dibandingkan dengan eksperimen laboratorium. Dengan eksperimen laboratorium, kesimpulan yang berkaitan dengan factor-faktor yang menjadi penyebab akan membuahkan hasil yang tepat. Adalah hal yang tidak mungkin untuk menggambarkan kesimpulan yang jelas menjadi penyebab, karena studi korelasi amat lemah dalam validitas internal.
C. Eksperimen Lapangan
Menurut Veitch dan Arkkelin, jika seseorang peneliti ingin menyeimbangkan antar validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratorium dengan validitas eksternal yang dapat dicapai melalui studi korelasi, maka ia boleh menggunakan metode campuran yang dikenal dengan istilah eksperimen lapangan. Mtode ini seorang eksperimenter secara sistematis memanipulasi beberapa factor penyebab yang diajukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan variabel eksternal dalam suatu seting tertentu.

D. Teknik-teknik Pengukuran
Agar suatu penelitian akan menjadi ilmiah diperlukan pengamatan-pengamatan yang menggunakan criteria tertentu, yaitu :
· Berlaku umum dan dapat diulang-ulang,
· Dapat di kembangkan menjadi skala pengukuran,
· Memiliki standar validitas dan reliabilitas.
Beberapa teknik pengukuran yang telah memenuhi beberapa criteria berupa mudah dibuat, mudah dalam administrasinya, mudah skoringnya, dan mudah diinterprestasikan. Beberapa teknik tersebut antara lain adalah : (Veitch dan Arkkelin, 1995).
1. Self report, Metode yang palling sering digunakan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan individu adalah self report. Dengan cara ini, seorang responden ditanya oleh peneliti hal-hal yang berkaitan dengan opini, kepercayaan, perilaku sikap, dan perasaan. Prosedur self report terdiri dari beragam teknik yang meliputi : kuesioner, wawancara, dan skala penilaian (rating scale).
2. Kuesioner, Adalah pengembangan yang luas dari teknik paper and pencil report. Butir (item) umumnya diformulasikan berupa pertanyaan dan dapat pula berupa jawaban factual (seperti usia, gender, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan sebagainya) sebagaimana halnya dengan repon-respon sikap (seperti emosi, nilai-nilai dan kepercayaan).
Terdapat beberapa alasan mengapa digunakan kuesionaer dalam pengumpulan data. Pertama, kuesioner amat mudah dibuat, diadministrasikan, dimengerti, distribusikan, dan disusun. Kuesioner ternyata dapat mengambil subjek dalam jumlah besar pada suatu saat serta mudah mencari responden anonim (yang tidak menyebutkan nama).
Kuesioner yang sudah standar adalah kuesioner yang sudah diujikan sebelumnya sehingga memiliki persyaratan psikometri (validitas dan realibilitas). Sementara itu kuesioner yang tidak standar adalah kuesioner yang tidak diungkap reliabilitasnya.
Selain itu pengukuran dengan cara kuesioner ini umumnya tidak dapat memahami hal-hal potensial ketika diaplikasikan pada konteks yang berbeda. Bahkan para peneliti umumnya mengembangkan dimensi-dimensi bagi informasi yang diperlukan dan kemudian merancangnya sesuai dengan data yang diperlukan.
3. Wawancara (Interview), Wawancara adalah dialog yang dirancang untuk memperoleh informasi yang dapat dikualifikasikan. Proses wawancara untuk menjadi lebih sekedar percakapan atau sebagaimana disarankan oleh Cannel dan Kahn (Veitch dan Arkkelin, 1995) melibatkan paling tidak 5 langkah yang berbeda : (1) menciptakan atau menyeleksi skedul wawancara (seperangkat pertanyaan, pernyataan, gambar-gambar atau stimulus lainnya yang dapat menimbulkan respon) dan seperangkat aturan main atau prosedur dalam menggunakan skedul tersebut, (2) memimpin jalannya wawancara (pengklasifikasikan dari respon-respon dan peristiwa-peristiwa), (3) merekam respon (mencatat dan merekam dengan alat perekam), (4) menciptakan kode angka (suatu skala atau cara lain yang dapat digunakan untuk merekam respon-respon yang sudah diterjemahkan dalam suatu perangkat atau peraturan), (5) mengkoding respon-respon wawancara.
4. Skala penilaian, Bentuk tterakhir dari self report yang digunakan para ahli psikologi lingkungan adalah skala penilaian. Skala ini memiliki beragam bentuk, termasuk didalamnya adalah checklist, deskripsi verbal dua kutub, dan skala deskripsi nonverbal.

Prabowo, hendro.1998.Pengantar Psikologi Lingkungan.Jakarta.Gunadarma.

pendekatan teori psikologi lingkungan

Pendekatan Teori Psikologi Lingkungan


Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan antara lain adalah: Teori Arousal,
Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Tingkat Adaptasi, Teori Stres
Lingkungan, dan Teori Ekologi.

1. Teori Arousal (Arousal Theory)
Arousal (Pembangkit). Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori
telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang
dihasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat
keterbangkitan adalah
bagian penting dari emosi. Contohnya, tingkat yang tinggi dalam keterbangkitan adalah
dalam kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah
adalah kesedihan dan depresi (Dwi Riyanti & Prabowo, 1997).

Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat
sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Mandler menamakan teorinya sebagai teori interupsi. Interupsi pada masalah
seperti dikemukakan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan
pengalaman emosional. Suatu hal yang dapat kita petik dari teori ini adalah bahwa orang
dapat memperlihatkan perubahan emosi secara ekstrim, misalnya bergembira atau bergairah
pada suatu saat, dan mengalami perasaan dukacita atau amarah pada saat yang lain.

Arousal dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Kita
dapat saja menjadi bosan atau tertidur, jika yang kita hadapi adalah hal-hal yang "tidak ada
apa-apanya". Suatu materi pelajaran yang tidak menarik dan sedikit sekali memberi manfaat
pada yang mendengarkan, membuat hampir semua yang mendengarkannya tidak bertahan
lama mengikutinya. Menurut Mandler, manusia memiliki motivasi untuk mencapai apa yang
disebut sebagai"dorongan
arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya. Hampir
semua orang yang memiliki motivasi ini dalam berinteraksi sehari-hari, namun ada beberapa
orang yang tidak responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya,
sehingga hanya dapat dimunculkan arousal-nya jika benar-benar dalam keadaan yang amat
membahayakan

2 Teori Beban Stimulus
Titik sentral dari teori ini adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatasdalam memproses informasi. Teori ini bertanggungjawab terhadap respon-respon stimulus lingkungan dalam kaitannya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan berinteraksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan.
Menurut Veitch dan Arkkelin(1995) teori ini juga mempelajari pengaruh stimulus yang kurang menguntungkan, seperti perilaku yang terjadi di kapal selam atau penjara. Pengkajian ini menyimpilkan bawa dalam keadaan understimulation tertentu ternyata dapat berbalik menjadi overstimulation.
3. Teori Kendala Perilaku
Teori iini memfokuskan kepada kenyataan , atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan. Lingkungan dapat mencegah, mencampuri, atau membatasi perilaku penghunia (Stokols dalam Veitch&Arkkelin, 1995)
4. Teori Tingkat adaptasi


Teori ini mirip dengan teori stimulus berlebih, dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimlkan perilaku
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab2-pendekatan_teori_dan_metode_penelitian_psikologi_lingkungan.pdf

Interdisipliner berorientasi

psikologi Lingkungan mengandalkan interaksi dengan disiplin lain untuk pendekatan masalah dengan berbagai perspektif. Disiplin pertama adalah kategori ilmu-ilmu perilaku, yang meliputi: sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. psikologi lingkungan juga berinteraksi dengan interspecializations dari bidang psikologi, yang meliputi: psikologi perkembangan, ilmu kognitif, teori organisasi, psychobiology, dan neuroscience sosial. Selain lebih ilmiah bidang studi, psikologi lingkungan juga bekerja sama dengan bidang desain yang meliputi: studi tentang arsitektur, interior, desain perkotaan, perencanaan objek desain industri, dan lansekap, arsitektur dan pelestarian.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_psychology

ruang Pribadi dan wilayah

Memiliki luas wilayah pribadi dalam ruang publik, misalnya di kantor, adalah fitur kunci dari desain arsitektur banyak. Memiliki semacam 'ruang dipertahankan' dapat mengurangi efek negatif dari berkerumun di lingkungan perkotaan. Istilah, diciptakan oleh John B. Calhoun pada tahun 1947, adalah hasil dari beberapa lingkungan percobaan dilakukan pada tikus. Awalnya dimulai sebagai sebuah percobaan untuk mengukur berapa banyak tikus bisa diakomodasikan dalam ruang tertentu, itu berkembang menjadi menentukan bagaimana tikus, diberi makanan tempat tinggal, tepat dan selimut akan bersikap bawah lingkungan yang terbatas.

Dalam keadaan ini, laki-laki menjadi agresif, beberapa secara eksklusif homoseksual. Lainnya menjadi pansexual dan hiperseksual, mencari setiap kesempatan untuk me-mount setiap tikus yang mereka temui. Akibatnya, perilaku kawin yang marah dengan meningkatnya kematian bayi. Dengan orang tua gagal untuk menyediakan sarang yang tepat, sembrono membolos mereka muda dan bahkan menyerang mereka, kematian bayi naik setinggi 96% pada bagian tertentu. Calhoun menerbitkan hasil sebagai "Kepadatan Penduduk dan Patologi Sosial" dalam edisi 1962 dari Scientific American .

Membuat hambatan dan menyesuaikan ruang adalah cara untuk membuat ruang pribadi, misalnya foto dengan menggunakan keluarga seseorang dalam suasana kantor. Kontrol ini meningkat kognitif sebagai salah melihat diri sendiri sebagai memiliki kontrol atas pesaing ke ruang pribadi dan karena itu mampu mengontrol tingkat kepadatan dan berkerumun dalam ruang.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_psychology

Sistem berorientasi

Pendekatan sistem yang berorientasi untuk bereksperimen diterapkan kepada individu atau orang yang merupakan bagian dari masyarakat, kelompok, dan organisasi. Pendekatan ini terutama membahas interaksi kelompok, dibandingkan dengan interaksi individu dan menekankan pada faktor-faktor integrasi sosial. Di laboratorium, percobaan dan efek fokus pada proses menyebabkan dalam alam manusia

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_psychology

Ambient Condition & Architectural Features

Ambient Condition & Architectural Features
AMBIENT CONDITION ialah Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu.. Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku, seperti : kebisingan, temperature, kualitas udara, pencahayaan dan warna.

Ancok (1989), keadaan bising dan temperature yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Emosi yang semakin kurang dapat di control akan mempengaruhi hubungan sosial di dalam dan di luar rumah. Menurut Rahardjani (1987) kebisingan juga mengakibatkan menurunya kemampuan untuk mendengar dan turunya konsentrasi belajar anak. Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara paling tidak menimbulkan dua efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku.

ARCHITECTURAL FEATURES yang tercakup di dalamnya adalah setting yang bersifat permanent. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi. Di dalam architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainnya..

sumber: http://www.anneahira.com/psikologi-lingkungan.htm

Ruang over-waktu orientasi Psikologi Lingkungan

Ruang dari waktu ke waktu orientasi menyoroti pentingnya masa lalu. Meneliti masalah dengan masa lalu dalam pikiran menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kekuatan-kekuatan masa lalu, seperti, politik, dan ekonomi kekuatan sosial, mungkin berkaitan dengan masalah ini dan masa depan. Waktu dan tempat juga penting untuk dipertimbangkan. Sangat penting untuk melihat waktu dalam waktu lama. Pengaturan Fisik berubah dari waktu ke waktu, mereka perubahan yang berkenaan dengan sifat fisik dan mereka berubah karena individu menggunakan ruang perubahan dari waktu ke waktu.mungkinan masalah di masa depan.

Ada berbagai tes yang dapat diberikan kepada anak-anak untuk menentukan temperamen mereka. Temperamen terbagi menjadi tiga jenis: "mudah", "sulit", dan "lambat-to-warm-up". Alexander Thomas, Stella Chess, Herbert G. Birch, Margaret Hertzig dan Sam Korn menciptakan tes temperamen bayi pada 1950-an dan diperingkat dengan menggunakan kriteria temperamen sembilan. Dengan mengetahui temperamen anak saat lahir, hal itu memungkinkan kita untuk mengetahui apa mengharapkan sebagai anak berlangsung sampai dewasa.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_psychology

Orientasi Psikologi lingkungan

psikologi lingkungan adalah studi langsung dari hubungan antara lingkungan dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi penghuninya. aspek khusus dari pekerjaan lapangan dengan mengidentifikasi masalah dan melalui identifikasi kata masalah, menemukan solusi. Oleh karena itu diperlukan untuk psikologi lingkungan berorientasi untuk menjadi masalah. Masalah-masalah yang diidentifikasi oleh psikolog lingkungan mempengaruhi semua anggota masyarakat. Masalah ini bisa apa saja dari efek psikologis crowding perkotaan dengan desain arsitektur sekolah umum dan memperpanjang dari arena publik ke dalam rumah tangga secara individual.
Salah satu aspek penting dari sebuah lapangan yang berorientasi masalah adalah bahwa dengan mengidentifikasi masalah, solusi muncul dari penelitian yang diperoleh. Solusi-solusi yang dapat membantu dalam membuat fungsi masyarakat yang lebih baik secara keseluruhan dan menciptakan kekayaan pengetahuan tentang cara kerja dalam masyarakat. Lingkungan psikolog Harold Proshansky membahas bagaimana lapangan juga "nilai berorientasi" karena ladang komitmen untuk memperbaiki masyarakat melalui identifikasi masalah. Proshansky membahas pentingnya untuk tidak hanya memahami masalah, tetapi juga perlunya solusi. Proshansky juga menunjukkan beberapa masalah pendekatan masalah yang berorientasi untuk psikologi lingkungan. Pertama masalah yang diidentifikasi harus belajar di bawah spesifikasi tertentu: ia harus berjalan dan terjadi dalam kehidupan nyata, bukan di laboratorium. Kedua, gagasan tentang masalah harus berasal langsung dari sumbernya - yang berarti mereka harus datang langsung dari lingkungan spesifik di mana masalah itu terjadi. The solusi dan pemahaman masalah tidak dapat berasal dari lingkungan yang telah dibangun dan dimodelkan agar terlihat seperti kehidupan nyata. Lingkungan psikologi harus mencerminkan masyarakat sebenarnya tidak sebuah masyarakat yang dibangun dalam lingkungan laboratorium. Tugas sulit dari psikolog lingkungan adalah untuk mempelajari masalah seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sulit untuk menolak semua penelitian laboratorium karena percobaan laboratorium di mana teori dapat diuji tanpa merusak lingkungan yang sebenarnya atau dapat melayani sebagai model ketika pengujian solusi. Proshansky membuat titik ini juga, membahas kesulitan dalam pendekatan berorientasi masalah keseluruhan. Dia menyatakan bahwa adalah penting, namun untuk psikolog lingkungan untuk memanfaatkan semua aspek penelitian dan analisis temuan dan mempertimbangkan baik dan individual aspek umum dari masalah.

psikologi Lingkungan menangani masalah-masalah lingkungan seperti kepadatan dan berdesakan, polusi suara, sub-standar hidup, dan pembusukan perkotaan. Kebisingan meningkatkan tekanan lingkungan. Meskipun telah ditemukan bahwa kontrol dan prediktabilitas merupakan faktor terbesar dalam efek stres kebisingan; konteks, pitch, sumber dan pembiasaan juga variabel penting . Lingkungan psikolog telah berteori bahwa kepadatan dan berdesakan juga dapat memiliki efek buruk pada suasana hati dan dapat menyebabkan penyakit akibat stres. Untuk memahami dan memecahkan masalah lingkungan, psikolog lingkungan percaya konsep dan prinsip harus datang langsung dari pengaturan fisik dan masalah yang melihat. Sebagai contoh, faktor-faktor yang mengurangi perasaan berjejal dalam bangunan meliputi:
Windows - khususnya yang yang dapat dibuka dan orang-orang yang memberikan pandangan serta cahaya
Tinggi langit-langit
Pintu ke ruang membagi (Baum dan Davies) dan kontrol akses memberikan
Kamar bentuk - kamar persegi merasa kurang ramai daripada yang empat persegi panjang (Dresor)
Menggunakan partisi untuk membuat yang lebih kecil, ruang pribadi dalam sebuah kantor yang terbuka atau ruang kerja yang lebih besar.
Memberikan peningkatan kontrol kognitif atas aspek lingkungan internal, seperti ventilasi, privasi cahaya,, dll
Melakukan penilaian kognitif lingkungan dan perasaan berkerumun di setting yang berbeda. Misalnya, satu mungkin nyaman dengan berjejal di konser tapi tidak di koridor sekolah.
Membuat ruang dipertahankan (Calhoun)

sumber : wikipedia.com

Ruang lingkup Psikologi lingkungan

Lingkungan psikolog mempelajari cara orang dan lingkungan fisik yang mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan ini bisa berkisar dari rumah dan kantor ke daerah-daerah perkotaan dan daerah. psikolog lingkungan dapat melakukan penelitian dasar, misalnya, mengevaluasi sikap-sikap masyarakat terhadap lingkungan yang berbeda atau rasa ruang pribadi, atau penelitian mereka dapat diterapkan, seperti mengevaluasi desain kantor atau menilai dampak psikologis pemerintah rencana untuk membangun sampah baru -perawatan situs. Lebih khusus, psikolog lingkungan dapat mempelajari pengaruh atau populasi kepadatan crowding pada perilaku dan sikap, pengaruh polusi, suhu, kebisingan, kondisi pencahayaan, dan aroma pada perilaku, atau mereka mungkin mempelajari cara aspek lingkungan fisik, seperti dinding warna atau musik di kantor, dapat mempengaruhi kerja. Check out APA Divisi 34, Kependudukan dan Psikologi Lingkungan di mana dapat ditemukan daftar program sarjana di bidang ini .. Sebuah karir dalam psikologi lingkungan halaman dari West Chester Universitas dapat memberikan informasi lebih lanjut di daerah ini.

sumber : http://campus.udayton.edu/~psych/handbook/AREASO~1.HTM

Ruang Lingkup

Meskipun "psikologi lingkungan" ini bisa dibilang terkenal dan lebih komprehensif deskripsi terbaik dari lapangan, juga dikenal sebagai ilmu sosial, lingkungan, psikologi arsitektur , sosial-arsitektur , psikologi ekologi , ecopsychology , geografi perilaku , perilaku-studi lingkungan, orang- studi lingkungan, sosiologi lingkungan, ekologi sosial , dan penelitian desain lingkungan.

Devinisi Psikologi lingkungan ( Environtment )

he paper addresses three issues: (1) the possibility of a unified description of environment–behaviour (EB) relationships and the place of environmental psychology therein. Makalah ini membahas tiga isu: (1) kemungkinan deskripsi kesatuan lingkungan-perilaku (EB) hubungan dan tempat psikologi lingkungan di dalamnya. The points of departure are sets of, respectively, behaviours and environments. Titik keberangkatan adalah set, masing-masing, perilaku dan lingkungan. In an analogy to canonical correlation, groups of variables that describe behaviour/subjective experiences and groups of variables that describe environments are joined through setting variates that constitute instances of environment behaviour studies. Dalam analogi korelasi kanonik, kelompok variabel yang menggambarkan perilaku / pengalaman subjektif dan kelompok variabel yang menggambarkan lingkungan yang bergabung melalui pengaturan variates yang merupakan contoh studi perilaku lingkungan. (2) The research act is conceptualised as a setting variate, which allows for turning the circumstances that constitute the research act, that is behaviour (researcher in social context) and environment (research objects in research space) into objects of scrutiny in their own right. (2) Tindakan penelitian ini dikonseptualisasikan sebagai pengaturan memvariasikan, yang memungkinkan untuk mengubah keadaan yang merupakan tindakan penelitian, yaitu perilaku (peneliti dalam konteks sosial) dan lingkungan (objek penelitian dalam penelitian ruang angkasa) ke objek pengawasan dalam mereka sendiri benar. (3) Implications for the emic–etic paradox and the future of environmental psychology are considered in light of the growing globalisation of environmental challenges and ways of addressing them. (3) Implikasi untuk-etik paradoks emik dan masa depan psikologi lingkungan dipertimbangkan dalam terang globalisasi berkembang tantangan lingkungan dan cara-cara mengatasinya.

sumber : http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0272494409000073

Sejarah psikologi lingkungan

psikologi lingkungan adalah bidang interdisipliner difokuskan pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. lapangan mendefinisikan istilah lingkungan hidup secara luas, yang meliputi lingkungan alami, pengaturan sosial, lingkungan dibangun, lingkungan belajar, dan lingkungan informasi. Sejak konsepsi, lapangan telah berkomitmen untuk pengembangan disiplin yang berorientasi nilai baik dan berorientasi masalah, prioritas penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan yang kompleks dalam mengejar kesejahteraan individu dalam masyarakat yang lebih besar.

Asal-usul bidang studi ini tidak diketahui, bagaimanapun, Willy Hellpach dikatakan orang pertama yang menyebut "Psikologi Lingkungan". Salah satu bukunya, Geopsyche membahas topik-topik seperti bagaimana matahari dan bulan mempengaruhi aktivitas manusia, dampak lingkungan yang ekstrim, dan efek warna dan bentuk.

Berakhirnya Perang Dunia II membawa permintaan lebih tinggi untuk perkembangan dalam bidang psikologi sosial terutama di bidang perubahan sikap, proses kecil-kelompok, dan antargolongan konflik. Tuntutan ini menyebabkan psikolog untuk mulai menerapkan teori-teori psikologi sosial terhadap sejumlah isu sosial seperti prasangka, perang, dan perdamaian. Diperkirakan bahwa jika masalah yang dibahas, pengertian dan prinsip-prinsip yang mendasari akan permukaan.

Walaupun periode ini sangat penting untuk pengembangan lapangan, metodologi yang digunakan untuk melaksanakan studi tersebut dipertanyakan. Pada waktu itu, studi sedang dilakukan di laboratorium, yang menyebabkan beberapa keraguan mengenai validitas mereka di dunia nyata.

sumber :Irwin Altman Distinguished Professor Emeritus, University of Utah
Jay Appleton , geografer Inggris yang mengajukan 'teori habitat' dan maju konsep 'prospek-perlindungan'
David Chapin Profesor Psikologi Lingkungan, Pusat Pascasarjana, Universitas Kota New York

psikologi lingkungan

Pruitt Igoe oleh Minoru Yamasaki
Sepanjang sejarah, arsitektur tidak pernah merumuskan pengetahuan terorganisasi psikologi lingkungan. Paling menonjol AS arsitek, sampai saat ini dipimpin oleh Philip Johnson memandang pekerjaan mereka sebagai bentuk seni. Mereka melihat tanggung jawab sedikit untuk dampak sosial dari desain mereka yang disorot dengan kegagalan pengembangan perumahan umum seperti Yamasaki's Pruitt. psikologi lingkungan telah menaklukkan satu genre arsitektur Namun keseluruhan - toko ritel, dan setiap tempat komersial lainnya dimana kekuatan untuk memanipulasi suasana hati dan perilaku pelanggan, seperti stadion, kasino, mall, dan bandara. Dari Philip Kotler 's kertas tengara di Atmospherics dan Alan Hirsch 's "Dampak Ambient Bau on-Mesin Usage Slot di Las Vegas Casino", melalui penciptaan dan pengelolaan transfer Gruen , ritel sangat bergantung pada psikologi, penelitian asli, kelompok fokus, dan observasi langsung. Salah satu siswa Whyte's William, Paco Underhill , membuat hidup sebagai "antropolog belanja".

Hal itu tidak mengejutkan saya kemudian menemukan bahwa meskipun kita hidup di usia yang fokus pada 'pengalaman manusia' hanya ada satu lembaga Inggris yang menawarkan Psikologi Lingkungan studi - di Universitas Surrey . Pada situs web mereka mereka mengatakan mereka adalah kursus Inggris hanya Pascasarjana yang meneliti interaksi masyarakat dengan lingkungan - persepsi mereka, sikap dan tindakan. Ini menyelidiki proses psikologis yang memungkinkan kita untuk memahami makna bahwa situasi lingkungan miliki untuk orang yang bertindak secara individu atau dalam kelompok, dan bagaimana orang menciptakan dan menggunakan tempat.

Sejarah: Penelitian dalam Psikologi Lingkungan dimulai pada tahun 1950 dengan kampanye untuk meningkatkan rumah sakit mental. Arsitek bertugas membangun rumah sakit ini mana lebih peduli dengan struktur daripada kebutuhan manusia. Mereka berpaling ke psikolog untuk informasi pada kognisi dan sosial dan perilaku manusia. Kolaborasi antara arsitek dan psikolog menciptakan lapangan disebut Arsitektur Psikologi. Selama bertahun-tahun, masalah berkembang di luar situasi arsitektur untuk taman dan lanskap, sehingga menciptakan Psikologi Lingkungan. Peneliti mulai menemukan ketidakcocokan antara manusia dan lingkungannya. Psikolog mulai mencoba untuk menyelesaikan masalah ini melalui desain ditingkatkan. Bidang yang telah dimulai dengan menyelidiki warna dan sistem kursi di rumah sakit pindah ke pelacakan pengunjung di taman nasional dan mempelajari stres yang terkait dengan perkotaan Komuter.


URL TrackBack untuk entri ini:
http://www.typepad.com/services/trackback/6a00d83456116a69e200d8353275ff53ef

sejarah penting psikologi lingkungan

Psikologi Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan fisik mereka, dan itu merupakan daerah yang saya mulai tertarik dengan cara kembali ke sekolah pascasarjana hari saya. Saya telah menulis sebuah buku tentang subjek, Psikologi Lingkungan (Brooks / Cole, 1993), dan saya di dewan redaksi review Lingkungan & Perilaku dan The Journal of Psikologi Lingkungan . Saya juga terhormat telah diidentifikasi sebagai salah satu "orang kunci" dalam sejarah psikologi lingkungan dengan survei lebih dari 300 peneliti di lapangan yang dilakukan pada tahun 2005. Penelitian saya kepentingan di daerah ini telah memberikan saya sejumlah kesempatan yang menarik. Sebagai contoh, saya bekerja sama dengan US Army Corps of Engineers dan Departemen Urusan Masyarakat Florida pada mereka tercatat Kapasitas Studi di Florida Keys , dan saya juga bekerja sama dengan Kebun Binatang Brookfield di Chicago pada desain pameran interaktif. Selama musim panas 2003, saya berkesempatan untuk menghabiskan beberapa minggu di Republik Ceko, Hongaria, dan Slovakia sebagai peserta dalam sebuah seminar tentang lingkungan yang krisis Eropa Tengah yang disponsori oleh Yayasan Mellon melalui "Proyek Mitra Global." lingkungan yang paling terakhir studi psikologi saya telah berhubungan dengan ikatan emosional antara orang dan tempat-tempat yang mereka hidup, suatu kepentingan yang tumbuh keluar dari pekerjaan saya sebelumnya tentang perilaku teritorial manusia. Jika Anda tertarik pada pekerjaan ini dan ingin salinan dari akar-akar Skala , klik pada link. Saya juga pada tahap awal dari proyek pada psikologi lingkungan rumah berhantu. Daftar presentasi psikologi lingkungan dan publikasi dari Knox College Departemen Psikologi berikut, sebagian besar penulis adalah mantan co-Knox College siswa. Salah satu mahasiswa, Paul Harris , bahkan kemudian menjadi hidup, psikolog lingkungan nyata. Paulus memiliki bekerja di berbagai dan diterapkan pengaturan akademis, dan dia saat ini seorang profesor psikologi di Rollins College di Florida. Akhirnya, periksa halaman web untuk kursus saya di psikologi lingkungan .

sumber : Brackney, M., & McAndrew, FT (2001). pandangan dunia ekologis dan penerimaan berbagai jenis argumen untuk melestarikan spesies yang terancam punah. Jurnal Pendidikan Lingkungan Hidup 33,, 17-20.
McAndrew, FT (2000, Januari). Sosial dan Faktor Psikologis untuk Pertimbangkan dalam Pembangunan Kapasitas tercatat Model. Lokakarya presentasi di Florida Keys Daya Dukung Studi Workshop Skenario, Marathon, Florida.

Devinisi Psikologi lingkungan

psikologi lingkungan merupakan sebuah sekolah pemikiran yang berfokus pada pengaruh lingkungan pada perilaku manusia. Menurut psikologi lingkungan, fobia dipelajari perilaku yang dipicu oleh faktor eksternal. Sebagai contoh, seorang anak yang diserang oleh anjing mungkin lebih mungkin untuk mengembangkan fobia anjing di masa dewasa.

Beberapa ahli percaya bahwa ini adalah pandangan yang terlalu sederhana tentang fobia, dan faktor-faktor seperti genetika dan kimia otak mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam pengembangan fobia. Terlepas, banyak perawatan seperti terapi kognitif-perilaku berasumsi bahwa perilaku belajar memainkan bagian besar dalam fobia.

sumber: about.com fobia